Rabu, 28 September 2016

Elang Kecil

Hei elang kecil!
Kau tahu, elang besar yang kau lihat sekarang, bagaimana ia dulu? Dia tidak terbang segagah itu sebelumnya. Dia bukan penerbang yang handal. Jangankan untuk terbang, keluar sangkar hanya untuk melihat langit saja, ia sangat takut. Ia merasa lebih baik diam dan menutup diri dari dunia luar. Di luar terlalu kejam. Cukup di dalam sangkar saja, tidak perlu terbang dan dia akan aman. Tidak perlu bertemu apapun yang bisa membuatnya celaka.

Tapi di dadanya selalu ada tanda tanya tentang dunia luar. Apa dan bagaimana yang sebenarnya terjadi di luar sana. Hingga ia bertekad bahwa suatu saat nanti ia yang harus tahu. Dan itu artinya ia harus terbang. Meski takut, akhirnya ia keluar sedikit demi sedikit dari sangkarnya mengamati bagaimana cara elang besar lain terbang tinggi dengan gagahnya, tanpa menabrak pohon dan bangunan. Ia memulai kepakan sayap pertamanya. Sulit. Tetapi setelah mencoba beberapa kali, dia berhasil, dia bisa terbang.

Mulus? Jelas tidak. Meski sudah bisa terbang, ia sering kali membentur tembok dan menabrak pohon. Sakit dan melelahkan. Semua itu kadang membuatnya memutuskan untuk tidak terbang terlalu tinggi, hanya sekedarnya saja. Dan bahkan pada saat-saat tertentu ia memilih berhenti dan memutuskan berjalan saja. Tapi ternyata dekat dengan gravitasi justru membuat ia sering terjatuh dan menabrak semua hal. Terlalu banyak jejeran bangunan dan pohon yang menghambat terbangnya. Tak jarang pula kakinya tersangkut akar pohon ketika ia memilih berjalan.

Sampai akhirnya elang besar mencoba terbang lebih tinggi, ia mencoba melakukannya meski sebenarnya itu hal yang sangat ia takutkan. Terbang tinggi ternyata membuatnya tahu apa yang selama ini dikatakan oleh para elang besar tentang dunia luar. Terbang di atas langit dan menentang matahari, membuatnya terbuka dan benar-benar siap menantang dunia. Tapi ia tetap akan turun, tanah tetap menjadi salah satu tempat favoritnya. Menginjakan kaki di atas tanah dan kadang berjalan di dalam labirin bersama elang-elang kecil-yang juga akan berada di atas langit suatu hari nanti-. Mengajak mereka mengepakkan sayap untuk membelah langit dan menembus cakrawala.

Selasa, 27 September 2016

Takbir Fitri dan Aleppo

Letusan kembang api. Ledakan bom.
Cahaya indah. Kobaran api.
Senyum mengembang. Tangis yang pecah.
Berhamburan menatap langit. Bergegas merunduk menyelamatkan jiwa.
Gelak tawa menyambut. Sembilu hati melepas.
Mengunjungi sanak saudara. Mengubur para syuhada.
Sesal dan getir bertemu hari kemenangan meski semarak takbir kegembiraan mnyeruak memenuhi seluruh jagat.
Bukan tak ingin kami bertemu denganmu, tetapi takbir kemenangan itu sangat tidak layak untuk kami.
Kami kalah, wahai Bumi yg diberkahi.


1 Syawal 1437

Slot Pintu



Kamu tahu,
Benda kecil itu luar biasa.
Kemegahan, kebesaran, dan ketinggian pintu tidak ada apa-apanya.
Ya, pintu menjadi tak berdaya ketika dia beraksi. Slot!

Seperti masalah pada manusia. 
Sesuatu yang mungkin sebenarnya adalah hal kecil,
Tapi membuat manusia yang begitu luar biasa kadang tak bisa apa-apa
Bernyawa tapi tak berdaya

Padahal, hanya butuh tenaga kecil saja untuk membukanya.
Masalah, begitupun juga dia.


Slot pintu yang mengusik sejak pekan lalu.
27.9.2016



Kembali

Ternyata itu sulit.
Tapi bukan tidak mungkin.
Hanya butuh keseriusan saja.

Soal waktu?
Mari tersenyum untuknya.
Dia yang tak pernah berhenti berputar.

Mari bersahabat dengannya.
Dia yang akan terus berlalu tanpa mau berhenti menunggu siapun.