Rabu, 09 Mei 2012

Visi Baru Pendidikan Indonesia


Potret generasi Indonesia saat ini sungguh mengenaskan. Meskipun Indonesia sudah memasuki hari Pendidikan Nasional 2 Mei untuk yang ke sekian kalinya ternyata kualitas generasi bangsa ini justru semakin terpuruk. Fakta maraknya tawuran antar pelajar dan demonstrasi mahasiswa mahasiswa yang didominasi oleh tindak kekerasan, kecurangan saat UN, dan rendahnya akhlak generasi yang ditunjukkan dengan maraknya seks bebas tidak bisa kita pungkiri.

Melihat fakta rusaknya generasi saat ini, tidak salah jika banyak pihak yang mengandalkan sektor pendidikan untuk menyelesaikan masalah generasi ini, alasannya adalah karena pendidikan lah yang mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada generasi saat ini dan alasan lainnya adalah pendidikan merupakan pilar peradaban yang darinya lah generasi yang berkualitas mampu dilahirkan.

Tidak salah jika pendapat tersebut muncul, akan tetapi kita harus ketahui bersama bahwa suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh warna kebijakan dan perangkat sistem sebuah negara. Sistem pendidikan tidak akan pernah lepas dari aturan perundang-undangan yang lahir dari sistem politik serta kualitasnya tidak akan pernah terlepas dari kemampuan pembiayaan pendidikan yang ditentukan oleh negara tersebut. Dengan kata lain sistem pendidikan tidak akan pernah bisa lepas dari  sistem politik dan ekonomi dari sebuah negara.

Potret pendidikan di Indonesia saat ini tentunya tidak jauh berbeda dengan sistem politik ekonomi yang diterapkan. Pandangan politik ekonomi negeri ini yang neoliberal membuat sikap pemerintah mau tidak mau harus mengikuti arus global dan sistem pendidikan nasional yang miskin visi hanya mampu mengarahkan penciptaan kapasitas peserta didik untuk memenuhi kebutuhan pasar atau industri. Sehingga kita tidak bisa menutup mata jika hari ini kita lihat potret generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan yang berada di naungan sistem ekonomi kapitalis ini sangat jauh dari kata cemerlang.

Momentum besar di Mei ini, hari Pendidikan Nasional -dan Kebangkitan Nasional 20 Mei nanti- seharusnya bisa dijadikan momen yang refleksi bagi Indonesia untuk menemukan cara bagaimana memperbaiki kualitas generasi bangsa ini. Ditambah lagi Indonesia sebagai sebuah negara dengan berbagai potensi yang dimilikinya seharusnya mampu memiliki sendiri sistem pendidikan unik yang mampu melahirkan generasi cemerlang sehingga mampu membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang bisa dipandang dengan oleh negara lain, menjadi negara maju yang mampu bersaing dengan negara-negara maju yang ada. Tidak harus dengan pandangan politik ekonomi kebanyakan negara di dunia saat ini tetapi Indonesia justru harus memiliki visi politik ekonomi berbeda yang mampu melahirkan generasi cemerlang yang tidak hanya memiliki keahlian saja tetapi juga memiliki kepribadian istimewa yang mampu menunjukkan nilai-nilai kebenaran.

Indonesia harus memiliki sebuah visi politik ekonomi baru yang harus mampu membuat generasi bangsa ini jauh dari kemunduran akibat virus pragmatisme, mental inferior, gaya hidup konsumtif, dan konsumtif. Sebuah visi politik ekonomi yang mampu menyajikan rancangan perubahan politik ekonomi secara menyeluruh sehingga mampu menghadirkan strategi pendidikan cemerlang sehingga mampu melahirkan generasi cemerlang seperti Muadz bin Jabbal yang dinobatkan sebagai hakim agung diusia yang beli, 18 tahun. Sebuah visi politik baru yang akan membawa negaranya menjadi negara yang besar, kuat, dan terdepan. Sebuah visi politik ekonomi yang memiliki paradigma baru yang berbeda dengan liberalisme saat ini, sebuah visi politik ekonomi yang terlahir dari asas yang tidak menegasikan agama dari kehidupan atau sekulerisme yaitu mengambil asas aturan Tuhan sebagai aturan kehidupan. Islam.

dimuat
di http://kampus.okezone.com/read/2012/05/09/367/626720/refleksi-hari-pendidikan-nasional-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar