Rabu, 26 Juni 2013

Tinggalkan Demokrasi Cacat !


“Sejak lahir demokrasi sudah cacat, maka siapa pun yang mengikutinya juga cacat.”
            
           Sebuah statement kontras tentang demokrasi tersebut dikeluarkan oleh Ustadz Mustaqim, Lc alumni pesantren NU Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Terdengar sangat tidak biasa memang karena statement tersebut terlontar ditengah-tengah kebanyakan manusia hari ini sibuk mengagungkan demokrasi. Menarik, karena disisi lain para pejabat dan partai politik sedang hectic mempersiapkan penyelenggaraan pesta demokrasi 2014 mendatang.
            
          Ustadz Mustaqim mengatakan bahwa demokrasi adalah konsep atau nama yang dibuat oleh kafir. Bagi mereka yang fair dan mampu melihat sejarah secara objektif, pernyataan serupa pastinya akan muncul dari ucapan mereka. Secara historis demokrasi berasal dari Yunani pada abad ke 5 SM yang diprakarsai oleh Cleisthenes. Sistem pemerintahan yang menjadikan kedaulatan ditangan majelis tersebut tidak bertahan lama. Demokrasi Yunani dikalahkan Kekaisaran Monarkhi Romawi yang mengendalikan rakyat secara absolut atas nama Tuhan. Pergerakan penghapusan pemerintahan atas nama Tuhan oleh para filsuf dan ilmuwan pada saat itu menjadikan Kekaisaran Romawi hancur dan kembalilah Yunani pada demokrasi yang menjadikan pemisahan agama dari kehidupan sebagai asas. Maka tidak salah apa yang disampaikan Ustadz Mustaqim, bahwa demokrasi bukanlah berasal dari Islam.

         Potret buram demokrasi hari ini bukanlah sesuatu hal yang mengagetkan, Plato dan Aristoteles pun yang menjadi pelopor sistem demokrasi ini juga mengatakan bahwa demokrasi dari lahirnya sudah cacat. Fakta terdekat yang bisa kita lihat saat ini adalah ternyata demokrasi justru ‘menghabisi’ manusia, demokrasi merenggut hak manusia untuk hidup. Lihat saja undang-undang yang dilahirkan dari rahim demokrasi, Demokrasi UU Sumber Daya Air, UU Penanaman Modal, UU Minerba, UU Migas, UU SJSN dan BPJS, dan sejumlah UU lainnya dibuat pemerintah tidak lain adalah untuk menguntungkan Barat bukan untuk rakyatnya. Tidak salah jika John Adams mengatakan demokrasi lebih berdarah ketimbang Aristokrasi atau Monarki.

Kondisi buruk bangsa ini yang notabene dialami umat islam, penuh dengan berbagai masalah kehidupan dari mulai kelaparan sampai korupsi sebenarnya tidak akan terjadi seandainya kita, manusia, menjadikan hukum Allah SWT sebagai aturan dalam kehidupan kita. Umat Islam punya solusi jitu untuk menyelesaikan masalah kehidupannya, umat Islam bukanlah Eropa abad pertengahan yang harus menjadikan manusia sebagai pemegang kedaulatan menggantikan Allah. Umat Islam tidak pernah mengalami penindasan sebagaimana yang dialami rakyat Yunani oleh teokrasi Romawi saat mereka menggunakan atura Allah SWT.

Demokrasi sesungguhnya khas Barat dan muncul untuk menyelesaikan problem penindasan atas nama gereja di Barat, bukan dari Islam. Tidak akan selesai permasalahan umat manusia dengan solusi demokrasi hari ini. Demokrasi bukanlah solusi dan saat ini bahkan sudah banyak orang yang semakin tidak percaya dengan demokrasi karena sudah semakin terlihat kecacatannya. Kembali mengutip pernyataan John Adams yang sudah sangat gamblang mengingatkan bahwa demokrasi akan segera menemui ajalnya, demokrasi tidak pernah berumur panjang. Bagi mereka yang berakal, tentunya meninggalkan demokrasi adalah pilihan cerdas.

Allah SWT berfirman
﴿ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴾
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50). Wallahu a’lam


dimuat di http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/13/05/22/mn6o4p-tinggalkan-demokrasi-cacat

Suriah Merana, Hanya karena Sekat Negara


Al-Qushair-Suriah mencekam. Kondisi daerah kaum muslim itu hari ini tidak jauh beda dengan Baghdad tujuh abad yang lalu yang dihancurkan oleh Hulako,cucu Jengis Khan. Di kota sebelah barat-daya Homs inilah sekitar 50 mujahidin gugur dan 40.000 warga Kota Qushair terjebak di dalamnya. Rudal-rudal dan peluncur roket digunakan tiran Syam (Suriah) dan sekutunya Iran untuk membumihanguskan salah satu tempat strategis di Suriah itu.

Bagaimana sikap Amerika sebagai polisi dunia? Memalukan! Mereka justru membiarkan tindakan perampasan biadab hak hidup manusia itu. Hanya karena muslim di sana tidak mau menerima intervensi AS untuk menerima konstitusi baru bagi rakyat Syam, yaitu demokrasi.

Arus pergolakan Syam memang tidak seperti gejolak Arab spring lainnya. Seperti yang dilansir BBC, Senin (20/5) bukan kemerdekaan dari tiran yang mereka inginkan tetapi menerapkan aturan hidup sesuai tuntunan Illahi yang mereka perjuangkan. Teriakkan 'kami tidak menginginkan demokrasi melainkan ingin penegakkan Khilafah', sayangnya bukan suara yang mudah didengar oleh kaum muslim di luar Syam.

Sulitnya informasi yang didapat dan keberpihakan media ternama yang kurang pro Islam mengakibatkan suara itu tenggelam dan bahkan tidak pernah muncul. Hanya statement bahwa di Suriah terjadi konflik antara Assad dan pemberontak (yang sebenarnya adalah kaum mujahidin) saja yang bisa di dengar oleh muslim hari ini, khususnya Indonesia.

Menyakitkan! Tindakan paradoks terhadap muslim Suriah justru diperlihatkan oleh penguasa negeri muslim di luar Suriah hari ini. Setelah Entitas Yahudi mencaplok Palestina, Golan, dan membom instalasi-instalasi vital di Suriah. tidak ada satupun pengerahan tentara yang dilakukan oleh penguasa negeri muslim di dunia ini, mereka hanya berdiam diri dan menonton pembunuhan saudaranya dengan sangat khusyuk.

Hanya karena sekat nasionalis, mereka rela melihat tetesan darah dan regangan nyawa manusia setiap harinya. Padahal, potongan tubuh yang mereka lihat terlepas dari badannya adalah saudara mereka sendiri. Mereka yang nyawanya tercerabut begitu saja oleh ulah tiran Syam memiliki Tuhan yang sama dengan mereka!

Sekat nasionalisme sangat mengerikan. Hanya karena batas negara, pembumihangusan negeri kaum muslim dibiarkan begitu saja. Bahkan memandangnya sebagai sebuah peristiwa tragedi kemanusiaan yang harus ditolongpun tidak terpikirkan.

Padahal dulu hanya karena seorang wanita yang dilecehkan oleh  orang Romawi, Al-Mu'tashim billah  menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah di Baghdad hingga kota Amoria (Turki). Hari ini, sudah beribu-ribu wanita dilecehkan dan bahkan dirampas kehormatannya, pemimpin negeri-negeri kaum muslim masih adem ayem saja.

Benar sabda Rasulullah, kaum muslim hari ini tidak ubahnya buih di lautan, banyak tapi tidak bermakna. Ternyata tanpa khilafah kaum muslimin hanyalah macan ompong yang tidak lagi mampu bertarung untuk mempertahankan harga dirinya.

Jika hari ini sekat nasionalisme memisahkan kita untuk menolong saudara kita, maka harusnya kita bisa membuka mata dan tidak alergi dengan kata ‘khilafah’ yang justru akan menjaga setiap tetes darah kaum muslim yang ditumpahkan oleh pihak kafir penjajah. Berjuang untuk menegakkannya adalah bukti bahwa kita peduli dan konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT.  Semoga dengan ikut berjuang menegakkan khilfah kita terhindar dari menjadi orang-orang yang mendukung imârah as-sufahâ’.Sabda Rasulullah:

“Semoga Allah menjagamu ya Ka’ab bin ‘Ujrah dari imârah as-sufahâ’”. Ka’ab berkata, “Apakah imârah as-sufahâ’ itu?” Rasul bersabda, “Para pemimpin yang ada sesudahku. Mereka tidak mengambil petunjukku dan tidak berjalan dengan sunnahku. Siapa saja yang membenarkan kebohongannya dan menolong kezalimannya, maka mereka itu bukan golonganku dan aku bukan dari golongan mereka dan mereka tidak akan mengikutiku menikmati telaga (surga). Dan siapa saja yang tidak membenarkan kebohongannya dan tidak membantu kezalimannya, maka mereka itu bagian dari golonganku dan aku bagian dari mereka dan mereka akan mengikutiku menikmati telaga (surga). HR  al-Hakim di Mustadrak ‘alâ ash-Shahihayn.


Wallahu a’lam

dimuat di http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/13/06/13/mob0hf-suriah-merana-tidak-ditolong-hanya-karena-beda-negara

Miss World: Bisnis Eksploitasi Perempuan


Tahun 2013 ini Indonesia untuk kali pertama kalinya didaulat menjadi tuan rumah Miss World 2013. Sebanyak 130 kontestan akan berkompetisi untuk meraih mahkota wanita tercantik sejagad. Rencananya, karantina peserta dilaksanakan di Nusa Dua Bali dan  puncak acara digelar di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, 28 September 2013 mendatang.

Sambutan baik yang diberikan Gubernur Jawa Barat terhadap acara ini ternyata tidak didukung oleh elemen Islam di Jawa Barat. MUI Kota Bogor, FKUB, Muhammadiyah, NU, Persis, Aisyiah, HASMI, HTI, Fos Armi, Garis, BSMI, FUI, PPI, dan dari kalangan partai seperti PAN, PPP, PBB, ramai-ramai menolak kontes wanita tercantik sejagat itu. Penolakan tersebut diperlihatkan dengan cara penandatanganan surat pernyataan penolakan pada acara milad ke 13 Keluarga Muslim Bogor. Alasan Ahmad Heryawan yang menilai kontes ini akan berjalan lebih sopan karena tidak ada bikini yang digunakan pada kontes tersebut tidak menyurutkan langkah tokoh-tokoh umat Islam untuk kontes buka-bukaan aurat terbesar di dunia tersebut.

Ajang Miss World 2013 di Indonesia diselenggarakan oleh MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo.  Liliana Tanaja Tanoesoedibjo, istri Hary Tanoe, merupakan pendiri Miss Indonesia Organization. Keuntungan besar jelas akan didapat oleh pihak MNC Group, wajar saja karena hak siar lajang lenggak-lenggok wanita lajang berbusana minim itu sepenuhnya milik MNC Group.

Sejak dilangsungkan pertama kali tahun 1951 di Inggris, kontes kecantikan ini memang ditujukan dalam rangka bisnis. Kontes ini diselenggarakan pertama kali oleh Eric Morley. Tahun 2000 kontes Miss World berpindah tangan kepada istri Eric Morley, Julia Morley. Di tangan wanita ini, ajang tersebut terus berkembang menjadi sebuah bisnis raksasa/global. Miss World yang berpusat di London ini membuat waralaba (franchise) ajang tersebut dan sudah dibeli di 130 negara. Uang yang didapatkan dari bisnis kontes wanita ini mencapai 450 juta dolar Amerika.

Miss World tidak ubahnya Miss Universe, hanya beda pemilik saja. Jika Miss World punya pengusaha Inggris, Miss Universe adalah milik pengusaha Amerika Donald Trump. Kedua kontes ini selain ajang untuk memperkenalkan produk pakaian renang/bikini juga terdapat misi politik yang harus diemban oleh pemenang kontes ini.

Selain eksploitasi dan merendahkan martabat perempuan, tidak ada sedikitpun nilai positif yang bisa dilihat dari ajang ini. Raupan keuntungan yang diraih MNC Group tidak sebanding dengan jatuhnya harga diri perempuan yang harus menjadi makenin kepornoan. Dalam kontes tersebut, tubuh perempuan tidak lebih hanya sebagai kapstok untuk memajang desain terbaru produk fashion dan kosmetika keluaran terbaru yang akan memberikan untung bagi pihak perusahaan tersebut. Ini jelas eksploitasi!

Inilah potret nyata perempuan di alam demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, demokrasi, tidak lebih dari sekedar komoditi dan bahan eksploitasi untuk meraih keuntungan bagi para pengusaha. Kehormatan perempuan tidak lagi dijaga bahkan menjadi barang murah yang bisa didapatkan dimana saja. Aurat terbuka bebas dimana-mana bahkan diberi lahan khusus, dan perempuan dalam demokrasi hari ini, dengan bangga mengikutinya.


Bukan dengan membuka aurat dan menjadi terkenal kemuliaan perempuan didapatkan, tetapi dengan menutup aurat, menjaga kehormahatan, dan menjadi hamba-Nya yang taat keagungan seorang perempuan itu dapat diraih. Jelas bukan dengan prinsip hidup bebas ala demokrasi yang menjauhkan aturan Tuhan dalam kehidupan, tapi kemuliaan hidup perempuan hanya akan didapat dengan Islam.