Tahun 2013 ini Indonesia untuk
kali pertama kalinya didaulat menjadi tuan rumah Miss World 2013. Sebanyak 130 kontestan akan
berkompetisi untuk meraih mahkota wanita tercantik sejagad. Rencananya,
karantina peserta dilaksanakan di Nusa Dua Bali dan puncak acara digelar di Sentul International
Convention Center (SICC) Bogor, 28 September 2013 mendatang.
Sambutan baik yang diberikan Gubernur Jawa Barat
terhadap acara ini ternyata tidak didukung oleh elemen Islam di Jawa Barat. MUI Kota Bogor, FKUB, Muhammadiyah, NU, Persis, Aisyiah, HASMI, HTI, Fos Armi, Garis, BSMI, FUI,
PPI, dan dari kalangan partai seperti PAN, PPP, PBB, ramai-ramai menolak kontes
wanita tercantik sejagat itu. Penolakan tersebut diperlihatkan dengan cara
penandatanganan surat pernyataan penolakan pada acara milad ke 13 Keluarga Muslim Bogor. Alasan Ahmad Heryawan yang menilai
kontes ini akan berjalan lebih sopan karena tidak ada bikini yang digunakan
pada kontes tersebut tidak menyurutkan langkah tokoh-tokoh umat Islam untuk kontes buka-bukaan aurat terbesar di
dunia tersebut.
Ajang Miss World 2013 di Indonesia diselenggarakan
oleh MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo. Liliana Tanaja Tanoesoedibjo,
istri Hary Tanoe, merupakan pendiri Miss Indonesia Organization. Keuntungan
besar jelas akan didapat oleh pihak MNC Group, wajar saja karena hak siar lajang lenggak-lenggok wanita lajang berbusana
minim itu sepenuhnya milik MNC Group.
Sejak dilangsungkan pertama kali tahun 1951 di
Inggris, kontes kecantikan ini memang ditujukan dalam rangka bisnis. Kontes ini
diselenggarakan pertama kali oleh Eric Morley. Tahun 2000 kontes Miss World berpindah tangan kepada istri
Eric Morley, Julia Morley. Di tangan wanita ini, ajang tersebut terus
berkembang menjadi sebuah bisnis raksasa/global. Miss World yang berpusat di
London ini membuat waralaba (franchise) ajang tersebut dan sudah dibeli di 130
negara. Uang yang didapatkan dari bisnis kontes wanita ini mencapai 450 juta
dolar Amerika.
Miss
World tidak ubahnya Miss Universe, hanya beda pemilik saja.
Jika Miss World punya pengusaha Inggris, Miss Universe adalah milik pengusaha
Amerika Donald Trump. Kedua kontes ini selain ajang untuk memperkenalkan produk
pakaian renang/bikini juga terdapat misi
politik yang harus diemban oleh pemenang kontes ini.
Selain eksploitasi dan merendahkan martabat
perempuan, tidak ada sedikitpun nilai positif yang bisa dilihat dari ajang ini.
Raupan keuntungan yang diraih MNC Group tidak sebanding dengan jatuhnya harga
diri perempuan yang harus menjadi makenin
kepornoan. Dalam kontes tersebut, tubuh perempuan tidak lebih hanya sebagai
kapstok untuk memajang desain terbaru produk fashion dan kosmetika keluaran
terbaru yang akan memberikan untung bagi pihak perusahaan tersebut. Ini jelas
eksploitasi!
Inilah potret nyata perempuan di alam demokrasi
yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, demokrasi, tidak lebih dari
sekedar komoditi dan bahan eksploitasi untuk meraih keuntungan bagi para
pengusaha. Kehormatan perempuan tidak lagi dijaga bahkan menjadi barang murah
yang bisa didapatkan dimana saja. Aurat terbuka bebas dimana-mana bahkan diberi
lahan khusus, dan perempuan dalam demokrasi hari ini, dengan bangga
mengikutinya.
Bukan dengan membuka aurat dan menjadi terkenal
kemuliaan perempuan didapatkan, tetapi dengan menutup aurat, menjaga
kehormahatan, dan menjadi hamba-Nya yang taat keagungan seorang perempuan itu
dapat diraih. Jelas bukan dengan prinsip hidup bebas ala demokrasi yang
menjauhkan aturan Tuhan dalam kehidupan, tapi kemuliaan hidup perempuan hanya
akan didapat dengan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar