Al-Qushair-Suriah
mencekam. Kondisi daerah kaum muslim itu hari ini tidak jauh beda dengan
Baghdad tujuh abad yang lalu yang dihancurkan oleh Hulako,cucu Jengis Khan. Di
kota sebelah barat-daya Homs inilah sekitar 50 mujahidin gugur dan 40.000 warga
Kota Qushair terjebak di dalamnya. Rudal-rudal dan peluncur roket digunakan
tiran Syam (Suriah) dan sekutunya Iran untuk membumihanguskan salah satu tempat
strategis di Suriah itu.
Bagaimana sikap Amerika
sebagai polisi dunia? Memalukan! Mereka justru membiarkan tindakan perampasan
biadab hak hidup manusia itu. Hanya karena muslim di sana tidak mau menerima
intervensi AS untuk menerima konstitusi baru bagi rakyat Syam, yaitu demokrasi.
Arus pergolakan Syam
memang tidak seperti gejolak Arab spring lainnya. Seperti yang dilansir BBC,
Senin (20/5) bukan kemerdekaan dari tiran yang mereka inginkan tetapi
menerapkan aturan hidup sesuai tuntunan Illahi yang mereka perjuangkan.
Teriakkan 'kami tidak menginginkan demokrasi melainkan ingin penegakkan
Khilafah', sayangnya bukan suara yang mudah didengar oleh kaum muslim di luar
Syam.
Sulitnya informasi yang
didapat dan keberpihakan media ternama yang kurang pro Islam mengakibatkan
suara itu tenggelam dan bahkan tidak pernah muncul. Hanya statement bahwa di
Suriah terjadi konflik antara Assad dan pemberontak (yang sebenarnya adalah
kaum mujahidin) saja yang bisa di dengar oleh muslim hari ini, khususnya
Indonesia.
Menyakitkan! Tindakan
paradoks terhadap muslim Suriah justru diperlihatkan oleh penguasa negeri
muslim di luar Suriah hari ini. Setelah Entitas Yahudi mencaplok Palestina,
Golan, dan membom instalasi-instalasi vital di Suriah. tidak ada satupun
pengerahan tentara yang dilakukan oleh penguasa negeri muslim di dunia ini,
mereka hanya berdiam diri dan menonton pembunuhan saudaranya dengan sangat
khusyuk.
Hanya karena sekat
nasionalis, mereka rela melihat tetesan darah dan regangan nyawa manusia setiap
harinya. Padahal, potongan tubuh yang mereka lihat terlepas dari badannya adalah
saudara mereka sendiri. Mereka yang nyawanya tercerabut begitu saja oleh ulah
tiran Syam memiliki Tuhan yang sama dengan mereka!
Sekat nasionalisme
sangat mengerikan. Hanya karena batas negara, pembumihangusan negeri kaum
muslim dibiarkan begitu saja. Bahkan memandangnya sebagai sebuah peristiwa
tragedi kemanusiaan yang harus ditolongpun tidak terpikirkan.
Padahal dulu hanya
karena seorang wanita yang dilecehkan oleh
orang Romawi, Al-Mu'tashim
billah menurunkan puluhan ribu
pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan panjangnya
barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah di Baghdad hingga kota
Amoria (Turki). Hari ini, sudah beribu-ribu wanita dilecehkan dan bahkan
dirampas kehormatannya, pemimpin negeri-negeri kaum muslim masih adem ayem
saja.
Benar sabda Rasulullah, kaum muslim hari ini tidak ubahnya buih di
lautan, banyak tapi tidak bermakna. Ternyata tanpa khilafah kaum muslimin
hanyalah macan ompong yang tidak lagi mampu bertarung untuk mempertahankan
harga dirinya.
Jika hari ini sekat nasionalisme memisahkan kita untuk menolong saudara
kita, maka harusnya kita bisa membuka mata dan tidak alergi dengan kata
‘khilafah’ yang justru akan menjaga setiap tetes darah kaum muslim yang
ditumpahkan oleh pihak kafir penjajah. Berjuang untuk menegakkannya adalah
bukti bahwa kita peduli dan konsekuensi keimanan kita kepada Allah SWT. Semoga dengan ikut berjuang menegakkan
khilfah kita terhindar dari menjadi orang-orang yang mendukung imârah
as-sufahâ’.Sabda Rasulullah:
“Semoga Allah menjagamu ya
Ka’ab bin ‘Ujrah dari imârah as-sufahâ’”. Ka’ab berkata, “Apakah
imârah as-sufahâ’ itu?” Rasul bersabda, “Para pemimpin yang ada sesudahku.
Mereka tidak mengambil petunjukku dan tidak berjalan dengan sunnahku. Siapa
saja yang membenarkan kebohongannya dan menolong kezalimannya, maka mereka itu
bukan golonganku dan aku bukan dari golongan mereka dan mereka tidak akan
mengikutiku menikmati telaga (surga). Dan siapa saja yang tidak membenarkan
kebohongannya dan tidak membantu kezalimannya, maka mereka itu bagian dari
golonganku dan aku bagian dari mereka dan mereka akan mengikutiku menikmati
telaga (surga). HR al-Hakim
di Mustadrak ‘alâ ash-Shahihayn.
Wallahu a’lam
dimuat di http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/13/06/13/mob0hf-suriah-merana-tidak-ditolong-hanya-karena-beda-negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar