Partai politik adalah organisasi politik
yang menjalani menjalani tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus
(id.wikipedia.org). Sementara dalam Islam istilah partai politik (Hizbun
Siyasiy) berasal dari kata Hizb dan Siyasah. Imam al-Qurthubiy dalam
tafsirnya memaknai kata hizb dalam surat al-Maidah ayat 56,
Al-Mukminun ayat, 53 dan Mujadilah ayat 19 sebagai penolong, sahabat,
kelompok (fariq), millah, kumpulan orang (rohth).
Sementara itu, dalam kamus Al-Muhit, disebutkan: “Sesungguhnya
partai adalah sekelompok orang. Partai adalah seorang dengan pengikut dan
pendukungnya yang punya satu pandangan dan satu nilai.’’ Sementara
siyasah/politik adalah melakukan sesuatu yang memberi mashlahat padanya (Lisanul
Arab, Ibn Mandzur). Sehingga definisi Parpol adalah merupakan suatu
kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, cita-cita dan tujuan yang sama dalam rangka mengurusi urusan
rakyat (www.hizbut-tahrir.or.id).
Sejak merebaknya kasus korupsi akhir-akhir
ini yang menjerat banyak nama pejabat pemerintah dan tersangkutnya Partai
Demokrat dalam kasus korupsi membuat kepercayaan masyarakat terhadap partai
politik kian menurun. Sebuah survey yang dilakukan oleh Centre of
Strategic and International Studies (CSIS) 16-24 Januari 2012
lalu menemukan fakta bahwa mayoritas rakyat tidak lagi percaya kepada partai
politik, hasilnya yaitu sekitar 87,4 persen. Angka ini mirip dengan survey
sebelumnya yang dilakukan oleh LSI akhir tahun lalu yang menyatakan bahwa kepercyaan
masyarakat Indonesia terhadap partai politik anjlok, hanya tinggal 23,4 persen
saja.
Tidak salah jika beberapa waktu lalu salah
satu media massa ternama di tanah air, Republika bekerja sama dengan PSKN
Fakultas Hukum Unpad mengadakan sebuah forum yang mengangkat tema ‘Partai
Politik Masih Perlu Ga Sih?’. Mempertanyakan kelayakan partai politik
untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Seperti yang nampak dihadapan mata,
saat ini peran partai politik sudah bergeser. Tidak lagi sebagai penyalur aspirasi
masyarakat, pemberi pencerdasan, dan pengontrol terhadap kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah yang merupakan fungsi sejati partai politik. Tetapi
kondisi partai politik saat ini tidak ubahnya sebagai ladang untuk mencari
kehidupan dan kekuasaan, korupsi yang melanda banyak anggota partai politik dan
para wakil rakyat yang membuat undang-undang tidak pro rakyat merupakan
cerminan mereka hari ini.
Munculnya perilaku partai politik yang
demikian tidak lain adalah akibat dari sebuah mekanisme politik alias sistem
politik yang membuat partai-partai politik mau tidak mau berlaku demikian.
Biaya pemilu yang mahal, gaji yang tak seberapa setelah menjabat menjadikan
mereka sibuk memutar otak bagaimana caranya mengembalikan uang yang telah
mereka keluarkan dalam pesta demokrasi, pemilihan umum. Tidak salah jika ada guyonan
yang mengatakan bahwa pejabat pemerintah yang menduduki kursi kekuasaannya
selama 5 tahun akan disibukan di 3 tahun pertamanya dengan mencari cara
bagaimana agar uang yang mereka keluarkan selama pemilu itu dapat kembali dan
di 2 tahun berikutnya adalah bagaimana mempersiapkan diri dan partai untuk
menghadapi pemilu yang akan datang. Akhirnya rakyat tidak terurus. Maka pantas
jika angka kemiskinan tiap hari semakin meningkat.
Pemilu dan demokrasi adalah dua hal yang
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tanpa pemilu proses demokrasi tidak akan
pernah berjalan. Tanpa biaya yang besar pemilu juga tidak bisa dilaksanakan.
Itu artinya demokrasi membutuhkan biaya yang besar, maka tidak salah jika kita
partai-partai politik yang katanya memperjuangkan rakyat melalui jalan
demorkasi tidak akan mampu menjalankan fungsinya sebagai sebuah badan yang
mengurusi urusan umat; penyalur aspirasi umat, pencerdas dan pengontrol
pemerintah. Mereka akan disibukan dengan bagaimana mengembalikan modal yang
selama ini dikeluarkan untuk pemilu dan bagaimana caranya agar dipemilu
selanjutnya rakyat masih mau untuk memilih sehingga kekuasaan saat ini tetap
ditangan atau bahkan bisa lebih tinggi lagi. Demokrasi inilah yang justru
menggerus idealisme partai yang ingin memperjuangkan umat tetapi malah
menjadikan mereka sebagai alat politik untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemilu.
Tidakkah harusnya kita sekarang
mempertanyakan demokrasi yang oleh pencetusnya sendiri yaitu Aristoteles
dikatakan sebagai sebuah sistem yang gagal masih harus dipertahankan
untuk menaungi kehidupan partai politik yang saat ini menjamur dimana-mana?
Yang dengan demokrasi peran dan fungsi partai politik justru melenceng jauh
dari yang seharusnya. Perlu disadari bersama bahwa kita sudah seharusnya
mencampakkan sistem demokrasi ini dengan mencari sistem politik lain yang mampu
mengembalikan peran dan fungsi partai politik ke rel yang benar sebagai
penyalur aspirasi umat, pencerdas masyarakat, dan pengontrol pemerintah.
Sebuah sistem yang menjadikan partai politik bukan lagi sebagai kendaraan untuk
meraih kekayaan dan kekuasaan tetapi bagaimana menjadikan partai politik
sebagai pengontrol penguasa agar kehidupan masyarakat tetap terjamin kesejahteraannya
dengan memberikan pencerdasan kepada masyarakat dan yang akan menjadi pendengar
aspirasi masyarakat.
Sebuah sistem yang paripurna yang terbukti
secara empiris mampu mensejahterakan manusia selama 14 abad, yang berasal dari
yang Maha Sempurna yaitu sistem Islam. Dengan sistem Islam ini, partai tidak
lagi memikirkan bagaimana meraih kekuasaan dan pendapatkan kekayaan tetapi
kembali kepada fungsinya sebagai partai politik yang mengurusi urusan umat;
penyalur aspirasi umat, pencerdas umat dan pengontrol pemerintah. Melakukan amar
makruf nahyi munkar kepada masyarakat dan terutama kepada penguasa agar
tetap menjalankan aturan dari yang Maha Sempurna agar masyarakat tetap
mendapatkan kesejahteraannya. Hanya dengan sistem Islamlah partai politik akan
mampu kembali menemukan peran sejatiya dan menjalankan kembali fungsinya
sebagai sebuah badan yang mengurusi urusan umat; penyalur aspirasi umat,
pencerdas umat dan pengontrol pemerintah.
dimuat
di http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/12/04/03/m1svbm-mengembalikan-peran-partai-politik
dimuat
di http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/12/04/03/m1svbm-mengembalikan-peran-partai-politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar