"Ibu, aku sekarang mulai
mengerti dan semakin memahami betapa luarbiasanya jasa dan pengorbananmu. Aku
semakin memahami mengapa Allah SWT dan Rasulullah SAW begitu memuliakan kaum
ibu."
Tahukah Bu, sejak pekan kedua April lalu
aku belajar tentang semua hal yang dialami seorang wanita. Jika aku bercerita
tentang anatomi dan respon fisiologis tubuh seorang wanita saat mengalami masa
peluruhan dinding rahim, menjalani kehamilan, dan proses melahirkan, mungkin
kau hanya akan mengenang bagaimana masa itu dulu pernah kau alami, ya 21 tahun
yang lalu saat aku masih berada di dalam rahimmu. Sudah lama sekali ya Bu..
Tanpa perlu aku tanya lagi tentunya
engkaulah yang lebih memahami apa saja yang terjadi di masa-masa itu, Bu. Ya,
bagaimana rewelnya aku saat dalam kandungan, sakitnya saat melahirkanku, dan
indahnya saat berbagi kasih sayang dengan buah hatimu ini.
Engkaulah yang lebih tahu rasanya
bahagia saat engkau membiarkan aku berada dipangkuanmu hingga akhirnya
terlelap, atau, bagaimana tidak nyenyaknya tidurmu saat aku tiba-tiba menangis
karena popokku basah di tengah malam.
Engkaulah yang lebih tahu rasa
pegalnya otot lenganmu saat aku mulai merengek manja minta digendong. Engkaulah
yang lebih tahu rasanya bahagia melihat perkembangan anakmu setiap saat.
Engkaulah yang lebih tahu betapa sedihnya perasaanmu saat melihat anakmu sakit.
Dan engkau pulalah yang sangat tahu pedihnya hatimu saat aku justru mengacuhkan
perintahmu dan bahkan berkata dengan nada tinggi kepadamu.
Ibu,ini juga mungkin yang akan
semakin aku rasakan jika suatu saat nanti aku mengalami apa yang dulu dan saat
ini engkau rasakan, ya saat aku menjadi seorang ibu dari cucu-cucumu kelak.
Ibu, apa yang kau berikan kepadaku
sungguh sangatlah tak ternilai, sangat tidak mungkin aku hitung dan aku balas
jasamu meskipun dengan segudang uang dan emas.
Ibu, mungkin aku tidak bisa
membahagiakanmu di dunia ini karena terlalu banyak yang harus aku balas
sedangkan waktu yang tersedia begitu sempit. Tapi aku janji untuk
membahagiakanmu nanti dengan kebahagiaan yang tak terhingga walaupun itu
mungkin tak akan pernah sebanding dengan pengorbanan yang engkau lakukan.
Kebahagiaan yang abadi dan tak berujung.
Tetapi, tahukah Bu? Kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu tidak bisa aku berikan saat ini, tetapi nanti Bu. Saat kita menatap wajah Sang Pencipta dunia ini. Di akhirat kelak.
Dan kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu hanya bisa didapatkan oleh mereka, orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya sehingga Allah ridho memberikannya kepada mereka.
Tetapi, tahukah Bu? Kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu tidak bisa aku berikan saat ini, tetapi nanti Bu. Saat kita menatap wajah Sang Pencipta dunia ini. Di akhirat kelak.
Dan kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu hanya bisa didapatkan oleh mereka, orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya sehingga Allah ridho memberikannya kepada mereka.
Oleh karena itu Bu, biarkan aku
menjadi hamba-Nya yang taat dan selalu tunduk kepada semua aturan-Nya dan
doakan aku untuk tetap ada di sini, di jalan-Nya, untuk memahami kewajiban yang
harus aku jalankan dan memperjuangkan tegaknya agama-Nya karena hanya dengan
inilah aku bisa meminta kepada Allah SWT untuk memberimu kebahagiaan abadi dan
tak berujung itu dengan membuatkanmu sebuah rumah di jannah-Nya, bukan hanya
untuk kita berdua Bu, tapi untuk keluarga kita. Sebuah rumah kecil dan
sederhana di surga sana untuk tempat kita berkumpul karena mungkin waktu yang
tersedia di dunia ini hanya ada untuk perpisahan saja.
Ibu, meski mungkin engkau tidak akan
pernah membaca deretan kalimat dan tumpukan paragrap ini. Meski aku tidak bisa
mengungkapkannya langsung kepadamu, tapi aku harap engkau bisa merasakan cinta anakmu
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar