Minggu, 17 Februari 2013

Ibu, Aku Mengerti Sekarang ...


"Ibu, aku sekarang mulai mengerti dan semakin memahami betapa luarbiasanya jasa dan pengorbananmu. Aku semakin memahami mengapa Allah SWT dan Rasulullah SAW begitu memuliakan kaum ibu."

Tahukah Bu, sejak pekan kedua April lalu aku belajar tentang semua hal yang dialami seorang wanita. Jika aku bercerita tentang anatomi dan respon fisiologis tubuh seorang wanita saat mengalami masa peluruhan dinding rahim, menjalani kehamilan, dan proses melahirkan, mungkin kau hanya akan mengenang bagaimana masa itu dulu pernah kau alami, ya 21 tahun yang lalu saat aku masih berada di dalam rahimmu. Sudah lama sekali ya Bu..

Tanpa perlu aku tanya lagi tentunya engkaulah yang lebih memahami apa saja yang terjadi di masa-masa itu, Bu. Ya, bagaimana rewelnya aku saat dalam kandungan, sakitnya saat melahirkanku, dan indahnya saat berbagi kasih sayang dengan buah hatimu ini.

Engkaulah yang lebih tahu rasanya bahagia saat engkau membiarkan aku berada dipangkuanmu hingga akhirnya terlelap, atau, bagaimana tidak nyenyaknya tidurmu saat aku tiba-tiba menangis karena popokku basah di tengah malam. 

Engkaulah yang lebih tahu rasa pegalnya otot lenganmu saat aku mulai merengek manja minta digendong. Engkaulah yang lebih tahu rasanya bahagia melihat perkembangan anakmu setiap saat. Engkaulah yang lebih tahu betapa sedihnya perasaanmu saat melihat anakmu sakit. Dan engkau pulalah yang sangat tahu pedihnya hatimu saat aku justru mengacuhkan perintahmu dan bahkan berkata dengan nada tinggi kepadamu.

Ibu,ini juga mungkin yang akan semakin aku rasakan jika suatu saat nanti aku mengalami apa yang dulu dan saat ini engkau rasakan, ya saat aku menjadi seorang ibu dari cucu-cucumu kelak.

Ibu, apa yang kau berikan kepadaku sungguh sangatlah tak ternilai, sangat tidak mungkin aku hitung dan aku balas jasamu meskipun dengan segudang uang dan emas. 

Ibu, mungkin aku tidak bisa membahagiakanmu di dunia ini karena terlalu banyak yang harus aku balas sedangkan waktu yang tersedia begitu sempit. Tapi aku janji untuk membahagiakanmu nanti dengan kebahagiaan yang tak terhingga walaupun itu mungkin tak akan pernah sebanding dengan pengorbanan yang engkau lakukan. Kebahagiaan yang abadi dan tak berujung.

Tetapi, tahukah Bu? Kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu tidak bisa aku berikan saat ini, tetapi nanti Bu. Saat kita menatap wajah Sang Pencipta dunia ini. Di akhirat kelak.

Dan kebahagiaan yang abadi dan tak berujung itu hanya bisa didapatkan oleh mereka, orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya sehingga Allah ridho memberikannya kepada mereka.

Oleh karena itu Bu, biarkan aku menjadi hamba-Nya yang taat dan selalu tunduk kepada semua aturan-Nya dan doakan aku untuk tetap ada di sini, di jalan-Nya, untuk memahami kewajiban yang harus aku jalankan dan memperjuangkan tegaknya agama-Nya karena hanya dengan inilah aku bisa meminta kepada Allah SWT untuk memberimu kebahagiaan abadi dan tak berujung itu dengan membuatkanmu sebuah rumah di jannah-Nya, bukan hanya untuk kita berdua Bu, tapi untuk keluarga kita. Sebuah rumah kecil dan sederhana di surga sana untuk tempat kita berkumpul karena mungkin waktu yang tersedia di dunia ini hanya ada untuk perpisahan saja.

Ibu, meski mungkin engkau tidak akan pernah membaca deretan kalimat dan tumpukan paragrap ini. Meski aku tidak bisa mengungkapkannya langsung kepadamu, tapi aku harap engkau bisa merasakan cinta anakmu ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar