“Sejak lahir
demokrasi sudah cacat, maka siapa pun yang mengikutinya juga cacat.”
Sebuah statement kontras tentang demokrasi
tersebut dikeluarkan oleh Ustadz Mustaqim, Lc alumni pesantren NU Bahrul Ulum
Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Terdengar sangat tidak biasa memang karena statement tersebut terlontar
ditengah-tengah kebanyakan manusia hari ini sibuk mengagungkan demokrasi.
Menarik, karena disisi lain para pejabat dan partai politik sedang hectic mempersiapkan penyelenggaraan
pesta demokrasi 2014 mendatang.
Ustadz
Mustaqim mengatakan bahwa demokrasi adalah konsep atau nama yang dibuat
oleh kafir. Bagi mereka yang fair dan
mampu melihat sejarah secara objektif, pernyataan serupa pastinya akan muncul
dari ucapan mereka. Secara historis demokrasi berasal dari Yunani pada abad ke
5 SM yang diprakarsai oleh Cleisthenes. Sistem pemerintahan yang menjadikan
kedaulatan ditangan majelis tersebut tidak bertahan lama. Demokrasi Yunani
dikalahkan Kekaisaran Monarkhi Romawi yang mengendalikan rakyat secara absolut
atas nama Tuhan. Pergerakan penghapusan pemerintahan atas nama Tuhan oleh para
filsuf dan ilmuwan pada saat itu menjadikan Kekaisaran Romawi hancur dan
kembalilah Yunani pada demokrasi yang menjadikan pemisahan agama dari kehidupan
sebagai asas. Maka tidak salah apa yang disampaikan Ustadz Mustaqim, bahwa
demokrasi bukanlah berasal dari Islam.
Potret buram demokrasi hari ini
bukanlah sesuatu hal yang mengagetkan, Plato dan Aristoteles pun yang menjadi
pelopor sistem demokrasi ini juga mengatakan bahwa demokrasi dari lahirnya
sudah cacat. Fakta terdekat yang bisa kita lihat saat ini adalah ternyata demokrasi
justru ‘menghabisi’ manusia, demokrasi merenggut hak manusia untuk hidup. Lihat
saja undang-undang yang dilahirkan dari rahim demokrasi, Demokrasi UU Sumber Daya Air, UU Penanaman Modal, UU
Minerba, UU Migas, UU SJSN dan BPJS, dan sejumlah UU lainnya dibuat pemerintah
tidak lain adalah untuk menguntungkan Barat bukan untuk rakyatnya. Tidak salah
jika John Adams mengatakan demokrasi lebih berdarah ketimbang Aristokrasi atau
Monarki.
Kondisi buruk bangsa ini yang notabene
dialami umat islam, penuh dengan berbagai masalah kehidupan dari mulai
kelaparan sampai korupsi sebenarnya tidak akan terjadi seandainya kita,
manusia, menjadikan hukum Allah SWT sebagai aturan dalam kehidupan kita. Umat
Islam punya solusi jitu untuk menyelesaikan masalah kehidupannya, umat Islam
bukanlah Eropa abad pertengahan yang harus menjadikan manusia sebagai pemegang
kedaulatan menggantikan Allah. Umat Islam tidak pernah mengalami penindasan
sebagaimana yang dialami rakyat Yunani oleh teokrasi Romawi saat mereka
menggunakan atura Allah SWT.
Demokrasi sesungguhnya khas Barat dan muncul
untuk menyelesaikan problem penindasan atas nama gereja di Barat, bukan dari
Islam. Tidak akan selesai permasalahan umat manusia dengan solusi demokrasi
hari ini. Demokrasi bukanlah solusi dan saat ini bahkan sudah banyak orang yang
semakin tidak percaya dengan demokrasi karena sudah semakin terlihat
kecacatannya. Kembali mengutip pernyataan John Adams yang sudah sangat gamblang
mengingatkan bahwa demokrasi akan segera menemui ajalnya, demokrasi tidak
pernah berumur panjang. Bagi mereka yang berakal, tentunya meninggalkan
demokrasi adalah pilihan cerdas.
Allah SWT berfirman
﴿ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ
أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴾
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin? (TQS
al-Maidah [5]: 50). Wallahu a’lam