Selasa, 27 Desember 2016
Katanya Misterius
Katanya menyeramkan jika terdiam
Katanya tertawa untuk membuang beban
Katanya tak bisa ditebak
Katanya penuh kamuflase
Katanya penuh dengan rahasia
Katanya penuh dengan kejutan
Katanya misterius
Nyatanya, tidak begitu
Hanya tidak menceritakan apa yang tidak ditanyakan
19122016
Kamis, 22 Desember 2016
Minggu Sendu
Ada apa?
Ada apa dengan hatimu?
Apa yang membuat matamu sembab?
Badanmu lelah sekali sejak awal pekan
Dan seolah semesta mendukung
Setiap hari hanya redup dan gerimis lebat yang menemani
Ada apa?
Ceritakanlah
Biar mereka menangkap tawa lepasmu lagi
Tumpahkanlah
Agar energi yang kau berikan dapat mereka rasakan dengan penuh
Menangislah
Mengadulah
Allah akan mendengarkan semuanya
Self talk
Ada apa dengan hatimu?
Apa yang membuat matamu sembab?
Badanmu lelah sekali sejak awal pekan
Dan seolah semesta mendukung
Setiap hari hanya redup dan gerimis lebat yang menemani
Ada apa?
Ceritakanlah
Biar mereka menangkap tawa lepasmu lagi
Tumpahkanlah
Agar energi yang kau berikan dapat mereka rasakan dengan penuh
Menangislah
Mengadulah
Allah akan mendengarkan semuanya
Self talk
01122016
Senin, 19 Desember 2016
Rabu, 30 November 2016
Bukan Soal Kurang Piknik
Ketika hidup terasa penat dan lelah
Ini bukan soal kurang liburan
Ini bukan soal kurang main
Ini bukan soal kurang jajan
Ini bukan soal kurang shopping
Ini bukan soal kurang nonton
Ini bukan soal kurang jalan-jalan
Ini bukan soal kurang piknik
Tapi soal hak Allah yang mungkin tidak dipenuhi
Kembalilah kepada-Nya
Mungkin sudah terlalu lama diri tidak menyapa-Nya
Ini bukan soal kurang liburan
Ini bukan soal kurang main
Ini bukan soal kurang jajan
Ini bukan soal kurang shopping
Ini bukan soal kurang nonton
Ini bukan soal kurang jalan-jalan
Ini bukan soal kurang piknik
Tapi soal hak Allah yang mungkin tidak dipenuhi
Kembalilah kepada-Nya
Mungkin sudah terlalu lama diri tidak menyapa-Nya
Selasa, 29 November 2016
Jangan Ambil Hakku
Untuk mendapat penjelasan
Untuk memahami
Untuk mendapat senyuman
Untuk diingatkan
Untuk diluruskan
Untuk bercerita
Untuk mendengarkan
Untuk didengarkan
Untuk tertawa
Untuk semua apapun yang menjadi hakku
Kau, mengambil hakku saat kau tiba-tiba mendiamkanku
30.11.2016
Untuk memahami
Untuk mendapat senyuman
Untuk diingatkan
Untuk diluruskan
Untuk bercerita
Untuk mendengarkan
Untuk didengarkan
Untuk tertawa
Untuk semua apapun yang menjadi hakku
Kau, mengambil hakku saat kau tiba-tiba mendiamkanku
30.11.2016
Senin, 28 November 2016
Sore
Senja Pantai Padang, 21.8.2016 |
Sore
Aku suka sore. Dia hangat. Redup tapi bercahaya.
Sore
Jingga yang tenang, lapang, dan damai.
Sore
Dia siap memelukmu erat, mengusir semua penat diri.
Sore
Akan menopangmu, berjalan bersama langit senja menuju pekatnya malam.
Sore
Siap memapahmu bersama awan jingga menuju peraduan untuk menghapus lelahmu.
Sore
Kau mungkin singkat, tapi hadirmu menenangkan.
Terima kasih untuk setiap senja yang selalu damai ya Rabb.
29.11.2016
Energi Lelah
Pergilah, temui mereka.
Ketika lelah merasuk memenuhi setiap inci tubuhmu.
Dengarkan cerita mereka.
Maka kau akan lupa bahwa ragamu sedang meminta haknya untuk merapat dengan bumi.
Tertawalah bersama mereka.
Maka kau akan dapatkan energi luar biasa yang membuatmu seolah tidak pernah tak berenergi.
Andai aku tak bertemu mereka.
Setiap hari rasanya ingin kupenuhi rajukan lelahnya raga dan remuknya rasa dengan tangis tak berkesudahan.
Karena sendiri itu lelah,
Dan bersama mereka adalah energi.
Terima kasih untuk semua pertemuan kita. Kalian adalah energi.
28.11.2016
Senin, 24 Oktober 2016
Ruang Hati
Kamu tahu,
Setiap orang yg hadir di dalam hidup kita memiliki ruangnya masing-masing.
Tanpa kita persilakan pun, mereka akan masuk dan langsung menduduki singgasananya.
Mereka duduk dan bersemayam di ruang hati kita.
Memberikan warna dan rasa yang berbeda.
Tidak ada yang sama.
Dan setiap dari mereka istimewa.
Mereka memenuhi setiap sekat hati kita.
Memberi rasa dan warna yang khas dan membekas.
Yang ketika mereka pergi, hatimu akan ikut merasa kosong.
Setiap orang yg hadir di dalam hidup kita memiliki ruangnya masing-masing.
Tanpa kita persilakan pun, mereka akan masuk dan langsung menduduki singgasananya.
Mereka duduk dan bersemayam di ruang hati kita.
Memberikan warna dan rasa yang berbeda.
Tidak ada yang sama.
Dan setiap dari mereka istimewa.
Mereka memenuhi setiap sekat hati kita.
Memberi rasa dan warna yang khas dan membekas.
Yang ketika mereka pergi, hatimu akan ikut merasa kosong.
Teman Lama
Gagal?
Kadang sesuatu yang kita rencanakan gagal terlaksana.
Tetapi kamu tahu, yang terjadi selalu yang terbaik.
Meski kegagalan itu menjadi hasil terbaik bukan berarti kita boleh gagal merencanakan. Apalagi merencanakan kegagalan.
Kita hanya cukup melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan.
Selebihnya, biarkan Allah yang menentukan semuanya.
Lakukanlah, berusahalah. Karena hasil tidak pernah mengkhianati proses.
25.10.2016
Tetapi kamu tahu, yang terjadi selalu yang terbaik.
Meski kegagalan itu menjadi hasil terbaik bukan berarti kita boleh gagal merencanakan. Apalagi merencanakan kegagalan.
Kita hanya cukup melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan.
Selebihnya, biarkan Allah yang menentukan semuanya.
Lakukanlah, berusahalah. Karena hasil tidak pernah mengkhianati proses.
25.10.2016
Selasa, 18 Oktober 2016
Mood
Hi Mood!
Bisa kita ngobrol sebentar?
Kamu tahu, dari sekian banyak kata, mungkin kamu adalah kata yang tepat yang bisa mewakili perasaan yang memunculkan rasa khawatir ini.
Apalagi jika kamu datang bersama awan cumulonimbus kelabu, dunia akan menjadi gelap dan menakutkan. Tapi jika kamu bergandengan dengan matahari, dunia menjadi cerah dan menyenangkan.
Sebagian orang tidak tahu bagaimana caranya berteman denganmu dan bagaimana caranya mendekatimu agar angin datang dan meniup awan kelabu itu.
Apakah dulu aku juga begitu, belum bisa berteman denganmu sampai tidak bisa bertemu angin untuk mengusir awan gelap?
Mungkin iya, sebelum aku mengetahui bahwa sepasang telinga dan empati adalah teman terbaikmu.
Bisa kita ngobrol sebentar?
Kamu tahu, dari sekian banyak kata, mungkin kamu adalah kata yang tepat yang bisa mewakili perasaan yang memunculkan rasa khawatir ini.
Apalagi jika kamu datang bersama awan cumulonimbus kelabu, dunia akan menjadi gelap dan menakutkan. Tapi jika kamu bergandengan dengan matahari, dunia menjadi cerah dan menyenangkan.
Sebagian orang tidak tahu bagaimana caranya berteman denganmu dan bagaimana caranya mendekatimu agar angin datang dan meniup awan kelabu itu.
Apakah dulu aku juga begitu, belum bisa berteman denganmu sampai tidak bisa bertemu angin untuk mengusir awan gelap?
Mungkin iya, sebelum aku mengetahui bahwa sepasang telinga dan empati adalah teman terbaikmu.
Rabu, 28 September 2016
Elang Kecil
Hei elang kecil!
Kau tahu, elang besar yang kau lihat sekarang, bagaimana ia dulu? Dia tidak terbang segagah itu sebelumnya. Dia bukan penerbang yang handal. Jangankan untuk terbang, keluar sangkar hanya untuk melihat langit saja, ia sangat takut. Ia merasa lebih baik diam dan menutup diri dari dunia luar. Di luar terlalu kejam. Cukup di dalam sangkar saja, tidak perlu terbang dan dia akan aman. Tidak perlu bertemu apapun yang bisa membuatnya celaka.
Tapi di dadanya selalu ada tanda tanya tentang dunia luar. Apa dan bagaimana yang sebenarnya terjadi di luar sana. Hingga ia bertekad bahwa suatu saat nanti ia yang harus tahu. Dan itu artinya ia harus terbang. Meski takut, akhirnya ia keluar sedikit demi sedikit dari sangkarnya mengamati bagaimana cara elang besar lain terbang tinggi dengan gagahnya, tanpa menabrak pohon dan bangunan. Ia memulai kepakan sayap pertamanya. Sulit. Tetapi setelah mencoba beberapa kali, dia berhasil, dia bisa terbang.
Mulus? Jelas tidak. Meski sudah bisa terbang, ia sering kali membentur tembok dan menabrak pohon. Sakit dan melelahkan. Semua itu kadang membuatnya memutuskan untuk tidak terbang terlalu tinggi, hanya sekedarnya saja. Dan bahkan pada saat-saat tertentu ia memilih berhenti dan memutuskan berjalan saja. Tapi ternyata dekat dengan gravitasi justru membuat ia sering terjatuh dan menabrak semua hal. Terlalu banyak jejeran bangunan dan pohon yang menghambat terbangnya. Tak jarang pula kakinya tersangkut akar pohon ketika ia memilih berjalan.
Sampai akhirnya elang besar mencoba terbang lebih tinggi, ia mencoba melakukannya meski sebenarnya itu hal yang sangat ia takutkan. Terbang tinggi ternyata membuatnya tahu apa yang selama ini dikatakan oleh para elang besar tentang dunia luar. Terbang di atas langit dan menentang matahari, membuatnya terbuka dan benar-benar siap menantang dunia. Tapi ia tetap akan turun, tanah tetap menjadi salah satu tempat favoritnya. Menginjakan kaki di atas tanah dan kadang berjalan di dalam labirin bersama elang-elang kecil-yang juga akan berada di atas langit suatu hari nanti-. Mengajak mereka mengepakkan sayap untuk membelah langit dan menembus cakrawala.
Kau tahu, elang besar yang kau lihat sekarang, bagaimana ia dulu? Dia tidak terbang segagah itu sebelumnya. Dia bukan penerbang yang handal. Jangankan untuk terbang, keluar sangkar hanya untuk melihat langit saja, ia sangat takut. Ia merasa lebih baik diam dan menutup diri dari dunia luar. Di luar terlalu kejam. Cukup di dalam sangkar saja, tidak perlu terbang dan dia akan aman. Tidak perlu bertemu apapun yang bisa membuatnya celaka.
Tapi di dadanya selalu ada tanda tanya tentang dunia luar. Apa dan bagaimana yang sebenarnya terjadi di luar sana. Hingga ia bertekad bahwa suatu saat nanti ia yang harus tahu. Dan itu artinya ia harus terbang. Meski takut, akhirnya ia keluar sedikit demi sedikit dari sangkarnya mengamati bagaimana cara elang besar lain terbang tinggi dengan gagahnya, tanpa menabrak pohon dan bangunan. Ia memulai kepakan sayap pertamanya. Sulit. Tetapi setelah mencoba beberapa kali, dia berhasil, dia bisa terbang.
Mulus? Jelas tidak. Meski sudah bisa terbang, ia sering kali membentur tembok dan menabrak pohon. Sakit dan melelahkan. Semua itu kadang membuatnya memutuskan untuk tidak terbang terlalu tinggi, hanya sekedarnya saja. Dan bahkan pada saat-saat tertentu ia memilih berhenti dan memutuskan berjalan saja. Tapi ternyata dekat dengan gravitasi justru membuat ia sering terjatuh dan menabrak semua hal. Terlalu banyak jejeran bangunan dan pohon yang menghambat terbangnya. Tak jarang pula kakinya tersangkut akar pohon ketika ia memilih berjalan.
Sampai akhirnya elang besar mencoba terbang lebih tinggi, ia mencoba melakukannya meski sebenarnya itu hal yang sangat ia takutkan. Terbang tinggi ternyata membuatnya tahu apa yang selama ini dikatakan oleh para elang besar tentang dunia luar. Terbang di atas langit dan menentang matahari, membuatnya terbuka dan benar-benar siap menantang dunia. Tapi ia tetap akan turun, tanah tetap menjadi salah satu tempat favoritnya. Menginjakan kaki di atas tanah dan kadang berjalan di dalam labirin bersama elang-elang kecil-yang juga akan berada di atas langit suatu hari nanti-. Mengajak mereka mengepakkan sayap untuk membelah langit dan menembus cakrawala.
Selasa, 27 September 2016
Takbir Fitri dan Aleppo
Letusan kembang api. Ledakan bom.
Cahaya indah. Kobaran api.
Senyum mengembang. Tangis yang pecah.
Berhamburan menatap langit. Bergegas merunduk menyelamatkan jiwa.
Gelak tawa menyambut. Sembilu hati melepas.
Mengunjungi sanak saudara. Mengubur para syuhada.
Sesal dan getir bertemu hari kemenangan meski semarak takbir kegembiraan mnyeruak memenuhi seluruh jagat.
Bukan tak ingin kami bertemu denganmu, tetapi takbir kemenangan itu sangat tidak layak untuk kami.
Kami kalah, wahai Bumi yg diberkahi.
1 Syawal 1437
Cahaya indah. Kobaran api.
Senyum mengembang. Tangis yang pecah.
Berhamburan menatap langit. Bergegas merunduk menyelamatkan jiwa.
Gelak tawa menyambut. Sembilu hati melepas.
Mengunjungi sanak saudara. Mengubur para syuhada.
Sesal dan getir bertemu hari kemenangan meski semarak takbir kegembiraan mnyeruak memenuhi seluruh jagat.
Bukan tak ingin kami bertemu denganmu, tetapi takbir kemenangan itu sangat tidak layak untuk kami.
Kami kalah, wahai Bumi yg diberkahi.
1 Syawal 1437
Slot Pintu
Kamu tahu,
Benda kecil itu luar biasa.
Kemegahan, kebesaran, dan ketinggian pintu tidak ada apa-apanya.
Ya, pintu menjadi tak berdaya ketika dia beraksi. Slot!
Seperti masalah pada manusia.
Sesuatu yang mungkin sebenarnya adalah hal kecil,
Tapi membuat manusia yang begitu luar biasa kadang tak bisa apa-apa
Bernyawa tapi tak berdaya
Padahal, hanya butuh tenaga kecil saja untuk membukanya.
Masalah, begitupun juga dia.
Slot pintu yang mengusik sejak pekan lalu.
27.9.2016
Kembali
Ternyata itu sulit.
Tapi bukan tidak mungkin.
Hanya butuh keseriusan saja.
Soal waktu?
Mari tersenyum untuknya.
Dia yang tak pernah berhenti berputar.
Mari bersahabat dengannya.
Dia yang akan terus berlalu tanpa mau berhenti menunggu siapun.
Tapi bukan tidak mungkin.
Hanya butuh keseriusan saja.
Soal waktu?
Mari tersenyum untuknya.
Dia yang tak pernah berhenti berputar.
Mari bersahabat dengannya.
Dia yang akan terus berlalu tanpa mau berhenti menunggu siapun.
Selasa, 02 Februari 2016
BOM Thamrin, Momentum Penutupan Kasus Freeport dan Operasi False Flag Indonesia?
Setelah heboh
dengan isu Gafatar, masyarakat Indonesia kembali dibuat resah dengan peristiwa
ledakan bom dan baku tembak yang terjadi
di sekitaran Jalan MH Thamrin Jakarta,
14 Januari 2016 lalu. ‘Kado tahun baru’ yang sudah diendus oleh BIN akan
terjadi pada 10/1 itu menewaskan 8 orang yang terdiri dari pelaku, WNA, warga
sipil dan sebanyak 20 orang lainnya mengalami luka.
Sekitar empat
jam setelah kejadian tersebut, pihak kepolisian Indonesia yang diwakili oleh
Komjen Budi Gunawan menyatakan bahwa aksi teror tersebut dilakukan oleh jaringan ISIS. Ledakan yang
terjadi di area Menara Cakrawala tersebut mirip dengan aksi teror yang terjadi
di Paris beberapa waktu lalu. ISIS kembali dinilai sebagai otak peristiwa pengeboman
Jakarta. Hal ini semakin diperkuat setelah pelaku pengeboman teridentifikasi,
yaitu Bahrun Naim yang dinyatakan sebagai pimpinan ISIS untuk wilayah Asia
Tenggara.
Dimulai dengan
kasus WTC 9/11 , ada sebuah pola yang cukup menarik untuk
menentukan aksi pengeboman yang kerap terjadi itu apakah tindakan terorisme
atau bukan. Secara kasat mata, setiap terjadi kasus ledakan bom jika pelakunya
adalah seorang yang beragama Islam maka dapat dengan cepat disimpulkan tindakan
tersebut adalah terorisme. Maka, tidak heran ketika setiap kali ada aksi
pengeboman Islam dan umat Islam selalu dirugikan karena akan selalu bisa
dipastikan menjadi pihak tertuduh sebagai pelaku teror.
.Kondisi seperti ini bukan hanya satu atau dua kali
terjadi. Dari berbagai kasus terorisme yang di blowup media, masyarakat seolah digiring untuk membuat kesimpulan
bahwa kejadian tersebut identik dengan Islam. Begitupun berbagai aksi
penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 -yang kadang melakukan salah tangkap-
tak jarang buku-buku keislaman dan Al Quran dijadikan barang bukti yang
dimiliki pelaku teror.
Padahal,
tindakan terorisme dan membunuhan tanpa haq
sama sekali tidak pernah dibenarkan dalam Islam dan dinilai sebagai tindakan
tercela yang menyalahi Islam. Islam menegaskan bahwa merusak fasilitas umum dan
meresahkan masyarakat dengan teror adalah tindakan yang salah. Apalagi sampai
membunuh orang yang tidak bersalah maka pelakunya jelas dinilai sebagai orang
yang keji terlepas apapun motif yang melatarbelakanginya untuk melakukan hal
tersebut.
Imbas yang
terjadi dari identiknya islam dan terorisme adalah Islamophobia. Masyarakat
menjadi takut dan bahkan antipati terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan Islam dan syariahnya terlebih dengan Khilafah. Islam dan Khilafah kini
sudah menjadi monster yang menakutkan bagi masyarakat dunia. Kini masyarakat
selalu was-was dan mewaspadai identitas-identitas Islam, menaruh
kecurigaan-kecurigaan terhadap segala sesuatu yang berbau Islam. Islam kembali
menjadi korban.
Selain aksi
terorisme yang selalu diidentikkan dengan Islam, ada respon lain yang muncul terhadap kejadian
Bom Thamrin ini. Banyak masyarakat saat ini yang membaca bahwa ada kejadian
lain yang ditutupi dengan adanya aksi teror ini. Tidak salah jika ada yang
mengatakan bahwa Bom Thamrin adalah pengalihan isu agar fokus perhatian
masyarakat beralih ke kasus teror ini. Sebagaimana kita ketahui, sebelum
terjadi teror di Thamrin negeri ini sedang disuguhkan drama ‘pertarungan
antargeng’ untuk mendapatkan saham gunung emas di Papua yang sedang dikuasai
raksasa Freeport yang akan habis masa kontraknya.
Ini mungkin
hanyalah kebetulan yang tidak disengaja. Kasus hukum ‘papa minta saham’ yang melibatkan
beberapa ‘manusia kerah putih’ dalam proses negosiasi perpanjangan kontrak
Freeport yang akan habis pada 2021 sekaligus lenyap dari mata publik bersamaan
dengan masifnya blowup media terhadap
isu terorisme Thamrin.
Rasanya tidak
mengherankan jika hari ini banyak pertnyaan-pertanyaan yang publik ungkapkan
dalam menanggapi teror Thamrin. Apa yang sebenarnya terjadi dibalik adanya ledakan
di Thamrin? Kemana sebenarnya arah aksi terorisme di Jakarta kali ini? Siapa
yang target yang sedang dibidik dari peristiwa ini? Rekayasakah semua ini?
Peristiwa
Thamrin kali ini, tentu tidak boleh dilahap begitu saja oleh masyarakat. Sudah masyarakat
harus semakin cerdas dalam menanggapi peristiwa-peristiwa politik yang terjadi
di negeri ini. Tidak cepat mengambil kesimpulan dangkal yang diaruskan oleh
berbagai pihak, terlebih sampai termakan dengan isu-isu lama yang memojokkan
Islam.
2.2.2016
Womenomics dan Hancurnya Generasi
Ide perempuan setara dengan laki-laki, berdaya
dan pengerak ekonomi dunia selalu menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan. Belum lama
ini, Indonesia kembali mengikuti Women
and the Economic Forum (WEF) di
Philipina pada 15-18 September 2015 lalu. Dalam forum tahunan APEC tersebut,
Indonesia mengajukan pentingnya kesetaraan gender di setiap sektor guna menguatkan
partisipasi perempuan dalam perekonomian dunia sebagai usulan utama. Hal ini
merupakan langkah awal Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia,Yohana Yambise, agar perempuan di
seluruh dunia dapat memegang peranan penting dalam menyukseskan pertumbuhan
ekonomi dunia sesuai dengan tema yang diusung WEF tahun ini, Women as Prime Movers of Inclisive Growth.
Isu kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan dalam perekonomian menjadi sangat penting. Berdasarkan hasil laporan
MDGs 2015, ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan masih menjadi masalah dunia.
Dengan adanya kesetaraan gender di setiap sektor kehidupan, diharapkan perempuan
mampu meningkatkan kualitas hidupnya sehingga mampu terlepas dari eksploitasi, kekerasan
dan diskriminasi yang selama ini banyak menimpa kaum hawa. Kesetaraan gender dinilai
akan mampu memajukan perempuan sebagaimana yang terdapat dalam Beijing Declaration and Platform for Action (BPFA) tahun 1995. Womenomics akan mampu membuat perempuan berdaya
dan mampu memberikan kesejahteraan bagi kaumnya serta memberikan pengaruh
terhadap peningkatan ekonomi suatu bangsa. Benarkah demikian?
Setalah dua dekade berjalan sejak dicetuskannya BPFA, womenomics atau aktifnya perempuan dalam ranah perekonomian dunia sebagai bentuk kesetaraan gender ternyata tidak berjalan sesuai dengan kenyataan. Alih-alih meningkatkan kesejahteraan perempuan, kesetaraan gender dan womenomics justru tidak lebih dari menjadikan wanita sebagai sapi perah yang memberikan keuntungan bagi para pengusaha saja. Meskipun PBB mengklaim bahwa adanya peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan sebanyak 50% perempuan di dunia yang mendapat gaji dari pekerjaan mereka, tetapi kita tetap tidak bisa menutup mata bahwa sebanyak 11,55 juta perempuan menjadi korban pekerja paksa sebagaimana yang dilansir ILO tahun 2012.
Kesetaraan gender dan terjunnya perempuan dalam
dunia perekonomian ternyata tidak memberikan hasil berarti terhadap
kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup perempuan. Nyatanya hingga saat ini
berdasarkan data UNODC tahun 2014 sebanyak satu milyar manusia hidup dalam
kemiskinan dan mayoritasnya adalah kaum perempuan.
Tidak hanya itu, sebanyak 70% perempuan masih menjadi korban jaringan
perdagangan manusia. Dan sebanyak 44 juta
perempuan dan anak perempuan terpaksa
menjadi pekerja rumah tangga – mengalami kekerasan dan eksploitasi dari di
lingkungan kerjanya.
Tak
hanya menimpa dirinya sendiri, terjunnya perempuan sebagai penyelamat ekonomi
dunia juga memberikan efek negatif yang tidak kecil bagi keluaga dan
anak-anaknya. Kehancuran keluarga terus terjadi dan potret generasi semakin
suram. Di Indonesia tercatat setiap jam terjadi 40 kasus perceraian dan terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kasus perceraian ini mayoritasnya
diawali dengan gugatan pihak istri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kasi Pemberdayaan
KUA Kanwil Kemenag Provinsi Jatim, kemandirian ekonomi perempuan menajdi
variabel penting munculnya tren tingginya istri sebagai pemohon cerai.
Hancurnya
tatanan keluarga bisa dipastikan akan berbanding lurus dengan rusaknya
generasi. Kenakalan remaja semakin menggila.
Kabag Humas BNN menyatakan sebanyak 22% dari empat juta pengguna narkoba
adalah pelajar dan mahasiswa. Kondisi ini terjadi karena lemahnya pengawasan
orang tua serta labilnya psikologi remaja sehingga mudah terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba. Dalam kasus pergaulan bebas juga tak kalah
mengkhawatirkan, BKKBN mencatat sebanyak 46% remaja berusia 15-19 tahun sudah
pernah melakukan hubungan seksual dan sebanyak 2,4 juta kasus aborsi terjadi di
tahun 2012 yang pelakunya adala remaja. Kondisi ini terjadi di tengah meningkatnya
Indeks Pembangunan Gender (IPG) tahun 2013 yang mencapai 69,6.
Womenomics
atau perempuan sebagai penggerak ekonomi
dunia telah menggeser peran utamanya sebagai ibu generasi yang mampu membangun
peradaban suatu bangsa. Hilangnya peran ibu dalam mendidik anak karena harus
keluar rumah untuk mencapai kesetaraan dengan laki-laki dan mengejar
kesejahteraan materi ternyata memberikan imbas yang buruk bagi generasi. Bisa
dibayangkan ketika IPG dan partisipasi aktif perempuan dalam Tingkat
Partisipassi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai angka 100% dimana seorang ibu
benar-benar aktif di luar rumah dan menjadi penggerak utama ekonomi, kehancuran
keluarga dan kenakalan remaja adalah hal yang benar-benar tidak bisa dihindari.
Seorang perempuan bekerja bukanlah sebuah kesalahan
karena memang Islam pun membolehkannya. Hanya saja bukan sebagai tulang
punggung keluarga apalagi tulang punggung dunia. Peran utama seorang perempuan
adalah sebagai pendamping suami dan ibu pendidik generasi dan ini tidak berarti
merendahkan peran perempuan yang tidak aktif dalam pemberdayaan ekonomi. Hal
ini justru bentuk pemuliaan Islam terhadap perempuan dan menjadikannya sebagai
tumpuan dari terbentuknya generasi berkualitas yang mampu membangun peradaban
suatu bangsa.
Ketertindasan yang hari ini menimpa masyarakat dunia
dan khususnya perempuan berpangkal dari sebuah sistem kehidupan yang dijalankan
atas dasar kepentingan sebagian golongan saja. Tidak ada target kesejahteraan
rakyat yang diusung oleh pemerintah dalam setiap kebijakan yang dikeluarkannya
termasuk pemberdayaan ekonomi perempuan. Perempuan membutuhkan sebuah sistem
kehidupan yang memiliki mekanisme penjaminan kesejahteraan yang mengharuskan
negara untuk memenuhi kebutuhan mendasar setiap warganya. Sehingga perempuan
dapat kembali pada peran utamanya sebagai ibu generasi tanpa harus mengorbankan
dirinya dalam putaran ekonomi dunia yang menghilangkan fitrah alaminya. Khilafah
Islamiyah.
7.12.2015
Paris Attack, Episode Baru Genosida Kaum Muslim di Suriah
Kurang
dari seminggu setelah aksi serangan terhadap
sejumlah warga di Paris 13 November 2015 lalu, Presiden Perancis langsung
mengerahkan kapal induk ke Suriah guna menuntut balas terhadap ISIS atas
kematian warganya. Kapal induk Charles
de Gaulle yang bertenaga nuklir itu diberangkatkan menuju perairan sekitar Suriah dan Lebanon bersama dengan 26 jet
tempur dan ditambah dengan 12 pesawat
Perancis lainnya.
Aksi
yang dilancarkan oleh Francois Hollande ini merupakan reaksi atas terbunuhnya
128 warga Perancis dan 180 korban luka akibat penyerangan yang diklaim
dilakukan oleh ISIS. Pihak ISIS pun menyatakan apa yang dilakukannya adalah karena
Perancis telah berani menghina Nabi Muhammad SAW dan memerangi Islam.
Kejadian
penyerangan yang salah satunya terjadi di konser musik tersebut menimbulkan
reaksi keras dunia, terutama dunia Barat. Media begitu gencar menceritakan
kronologis kejadian dan dunia pun bersemangat untuk mencari pelaku dari
kejahatan tersebut. Semua pihak menjadi waspada terhadap tindakan terorisme yang
mungkin akan menyusul terjadi di negerinya.
Merespon
Paris Attack, reaksi yang muncul di
masyarakat ternyata beragam. Selain banyak yang mengutuk kejadian penyerangan
tersebut, tidak sedikit juga yang tidak begitu memperlihatkan simpatinya
khususnya di dunia maya. Para netizen seolah menganggap hal tersebut
bukanlah kejadian yang harus menggemparkan dunia jika dibandingkan dengan
pembantaian lain yang terjadi.
Opini
yang muncul di kalangan para netizen
adalah mereka menuntut kepada dunia untuk berlaku adil dengan sama-sama menyuarakan
rasa simpatiknya terhadap pembantaian yang juga terjadi di negeri-negeri muslim hingga saat ini dan
dengan korban yang jauh lebih banyak setiap harinya dibandingnya Paris Attack.
Hari
ini, kita memang tidak bisa menutup mata bahwa pembantaian masih terus terjadi
di berbagai belahan dunia, terutama di negeri muslim. Tindakan terorisme yang
membunuh warga sipil yang tidak bersalah terus berulang di berbagai tempat. Sayangnya
dunia tidak bersikap adil dalam menyikapi tindakan-tindakan tersebut.
Di
media cetak maupun elektronik, kejadian Paris
Attack begitu gencar diberitakan. Berbeda jika korbannya adalah kaum
muslim. Dunia begitu senyap ketika ratusan ribu bahkan jutaan warga muslim tak
berdosa menjadi korban genosida pesawat tempur dan bom negara-negara Barat
dengan alasan perang melawan terorisme. Pemberitaan hanya ada satu atau dua
kali saja padahal kondisi ini nyata terjadi di kawasan Timur Tengah setiap
hari.
Selain
itu, dapat dipastikan setiap ada tindakan kekerasan yang memakan korban pihak Barat
dan pelakunya adalah muslim, maka hal tersebut disebut sebagai tindakkan
terorisme. Berbeda ketika kaum muslimin yang menjadi korban, maka meskipun
memakan korban hingga jutaan muslim sekalipun hal tersebut tidak dinilai
sebagai tindakan terorisme. Seolah tindakan terorisme hanya bisa dilakukan oleh
kaum muslim.
Sangat
layak jika hari ini kita mempertanyakan disebut apakah AS yang membunuh 1 juta
muslim di Afghanistan, Bashar Al Assad yang membunuh lebih dari 300 ribu
warganya, Yahudi yang membunuh 1500 rakyat Palestina, dan Perancis yang
membunuh 10 juta warga Aljazair saat menjajah sejak 1830-1962? Jika yang
membunuh 128 orang saja disebut sebagai teroris.
Setelah
insiden Paris Attack, Francois
Hollande bergegas mengirimkan kapal induk Charles de Gaulle yang bertenaga
nuklir ke perairan Suriah untuk menumpas ISIS –yang dikatakan sebagai milisi bentukan
AS-. Akankah episode baru genosida kaum
muslim di Suriah akan segera di mulai, layaknya
invasi AS ke Irak dan Afganistan setelah serangan WTC 9/11/2001 ? Wallahu a’lam.
29.11.2015
Muslim Suriah, Korban Perang Sipil yang Ditolak Dunia
Publik internasional
murka. Kali ini dunia kemarahan publik dipicu oleh sebuah gambar seorang balita
yang tewas ditepian pantai. Aylan Kurdi (3 tahun), bocah Suriah ini tenggelam
di Laut Mediterania bersama saudara laki-laki dan Ibunya saat melarikan diri ke
Eropa akibat kebrutalan perang sipil di Suriah. Ungkapan kemarahan dan
kesedihan memadati dunia maya dalam menanggapi foto tersebut. Sebelumnya, sebanyak 71 orang pengungsi Suriah
ditemukan tewas akibat sesak nafas di dalam
truk di jalan bebas hambatan Austria untuk mencari suaka.
Mereka
adalah masyarakat yang menjadi korban akibat dari krisis yang terjadi di
Suriah, Afghanistan, Pakistan atau Eritrea berbondong menuju Eropa untuk
meminta perlindungan. Sayangnya apa yang mereka harapkan untuk mendapat
perlindungan ternyata berbuah kenyataan pahit. Di
Makedonia, pengungsi dilarang menggunakan transportasi umum, akhirnya mereka
beralih ke sepeda. Mereka tidur beratapkan langit atau menggunakan
bangunan-bangunan kosong sepanjang perjalanan.
Dari Makedonia, berbekal peta di
layar ponsel pintar, mereka jalan kaki menuju Serbia. Di Serbia mereka
ditangkap polisi dan diperintahkan meninggalkan negara itu dalam waktu 72 tahun.
Di Hungaria, warganya bertindak kasar terhadap
pengungsi, mengusir mereka dan melempari mereka dengan batu. Rombongan
pengungsi yang tredapat di sana sempat tersesat di hutan Hungaria selama dua
hari tanpa air dan makanan. Tidur pun beralaskan tanah.
Konflik
yang terjadi di Suriah ini tak pelak merupakan gambaran memprihatinkan bagi
kaum muslim. Kesatuan umat Islam tak lagi menjadi penghalang terhadap
meledaknya konflik di Suriah ini.Terkait
dengan konflik ini, negara-negara Barat turut bertanggung jawab. Berbagai
konflik yang terjadi di negeri Islam tidak bisa dilepaskan dari kebijakan
imperialisme negara-negara Barat. Penjajahan Barat di di Afghanistan, telah
menyeret rakyat negara itu dalam penderitaan.
Hal ini
diperparah dengan dukungan negara-negara Barat terhadap penguasa-penguasa
bengis di negeri-negeri konflik, yang tidak segan-segan membantai rakyatnya
sendiri. Seperti yang terjadi di Suriah. Tentu, faktor kesejahteraan yang
buruk, akibat kegagalan sistem kapitalisme di beberapa negara Afrika seperti
Somalia,Eriteria, menjadi faktor penyebab.
Saat ini negara justru malah menjadi pihak yang
menjadi pembunuh warga bukan yang malah menjadi pembunuh nomor satu yang
membuat warga harus pergi dari negerinya untuk menyelamatkan diri. Tragedi yang
menimpa pengungsi yang sebagian besar Muslim ini, semakin menunjukkan, begitu
butuhnya umat Islam akan pelindung umat. Ketiadaan khilafah telah membuat umat
kehilangan pemimpin dan pelindung mereka, akibatnya nasib umat Islam sungguh
menyedihkan harus melarikan diri dari negerinya sendiri.
4.9.2015
Islam, Selamatkan Indonesia Darurat Pedofilia
Di
tengah gegap gempita pesta demokrasi yang penuh liku, fokus perhatian
masyarakat Indonesia kini terpecah dengan menyoroti kasus kejahatan seksual
yang banyak menimpa anak-anak. Bermula dari kasus kekerasan seksual yang
dialami oleh seorang anak di sebuah sekolah swasta internasional kenamaan Jakarta International School, fenomena
gunung es pedofilia di Indonesia semakin terkuak. Terbaru, kasus pedofilia yang
melibatkan Emon ternyata sudah memakan korban yang sangat banyak. Tercatat, 110
anak di Sukabumi telah menjadi korban kebuasan Emon alias AS.
Pelecehan/kekerasan
seksual pada anak memang bukanlah hal yang baru terjadi di negeri ini. Data yang dilaporkan kepada Komnas
Perlindungan Anak cukup mencengangkan, pelecehan/kekerasan
seksual pada anak setiap tahunnya terus meningkat. Sekretaris
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda mengatakan, setiap tahun tren
kekerasan seksual terhadap anak-anak mengalami peningkatan hingga 30 persen. KPAI
mencatat, jenis kejahatan anak tertinggi sejak
tahun 2007 adalah tindak sodomi terhadap anak. Dari 1.992 kasus
kejahatan anak yang masuk ke Komnas Anak, sebanyak 1.160 kasus atau 61,8
persen, adalah kasus sodomi anak.
Maraknya
kasus pelecehan/kekerasan seksual pada anak tidak bisa hanya ditilik dari satu
penyebab tunggal saja, tetapi banyak faktor penyebab yang membuat kasus ini
terus menggurita. Salah satu penyebab yang disampaikan Dr. Asrorun Sholeh,
Ketua Divisi Sosialisasi KPAI adalah budaya hidup yang serba boleh alias
permisif dewasa ini membuat masyarakat tidak tahu lagi rambu-rambu norma dan
agama dalam menyalurkan hasrat seksualnya. Penyebab lain yang menjadikan kasus sexual abuse ini terus merebak adalah mudahnya masyarakat
Indonesia mengakses materi pornografi. Sebuah survey menyatakan Indonesia adalah
negara yang mendapatkan peringkat ke-3 terbesar di dunia dalam mengakses materi
pornografi setelah Cina dan Turki.
Sayangnya,
penanganan pemerintah Indonesia untuk meredam
penstimulus kasus kejahatan seksual ini tidak memberikan efek yang signifikan.
Pemblokiran yang mengacu pada UU Pornografi/2008, Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) Nomor 11/2008, dan UU Telekomunikasi No. 36/1999 ini
hanya mewajibkan pemerintah memblokir situs-situs negatif yang terbukti menganggu keamanan dan
kenyamanan masyarakat. Sistem hukum yang tidak memberikan efek jera juga
semakin memperparah kejahatan seksual ini. UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak mengatur bahwa pelaku kekerasan/pelecehan seksual akan
dihukum selama 3-15 tahun penjara. Namun jarang sekali para hakim menjatuhkan
sanksi yang maksimal.
Memberantas kasus pedofilia dan sexual abuse lainnya tidak cukup hanya dengan tindakan kuratif
alias sistem sanksi saja, melainkan secara preventif harus dilakukan. Pertama
adalah meredam budaya permisif yang selama ini dihembuskan oleh Barat dengan
mengubah pola pikir dan anggapan yang menginduk kepada Barat menjadi pemikiran
yang kental dengan norma agama. Yaitu dengan membangun ketakwaan di tengah
masyarakat yang bisa ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun non formal.
Kedua meredam segala macam stimulan yang akan membangkitkan syahwat dengan
tidak membiarkan pornografi dan pornoaksi bertebaran di masyarakat.
Ketiga,
memberikan sanksi hukum yang tegas dan mampu memberikan efek jera kepada
pelakunya. Islam sebagai aturan hidup yang sempurna juga memiliki aturan hukum
yang akan diberikan kepada pelaku pelecehan/kekerasan seksual pada anak. Tindakan
kejahatan pemerkosaan yaitu dirajam (dilempari batu) hingga mati, jika
pelakunya sudah menikahdan dijilid (dicambuk) 100 kali dan diekspos selama 1
tahun, jika pelakunya belum menikah. Sedangkan jika pelaku pelecehan/kekerasan
seksual pada anak terkategori liwath
atau sodomi maka hukumannya adalah
dibunuh baik sudah menikah maupun belum menikah. Dalilnya adalah Sunnah dan
Ijma sahabat. Sabda Rasulullah: “Barang
siapa yang kalian dapati sedang melakukan perbuatannya kaum (Nabi) Luth, maka
bunuhlah keduanya”. Sistem hukum seperti ini akan membuat siapa saja mengurungkan
niatnya untuk melakukan pelecehan/kekerasan seksual kepada siapa
saja termasuk pada anak.
Arus
kehidupan permisif dan hedonistik yang terus berkembang membuat siapa saja
bebas melakukan apa saja tanpa memikirkan aturan hukum, norma, dan agama. Tindakan
pelecehan/kekerasan seksual pada anak adalah potret nyata yang terus dipelihara
oleh gaya hidup yang berpijak pada asas kebebasab ini. Tidak ada solusi tuntas yang
mampu diberikan oleh aturan demokrasi untuk menghancurkan gunung es
pelecehan/kekerasan seksual pada anak ini. Bangsa ini butuh sebuah sistem hidup
yang mampu menyelamatkan anak tidak berdosa dari para ‘predator anak’. Sistem
hidup yang akan membebaskan anak dari pelecehan/kekerasan seksual dengan menghukum
pelaku kejahatan seksual dengan berat, menghapus segala macam stimulus yang
membangkitkan syahwat, dan penanaman akidah Islam yang kuat. Hal ini bisa
terwujud melalui penegakkan sistem kehidupan Islam di seluruh aspek kehidupan,
Khilafah Islamiyah. Wallau ’alam bish shawwab.
6.5.2014
Mengembalikan Pudarnya Pesona Partai Islam
Pemilu Legislatif
9 April telah berlalu, meskipun real
count belum diumumkan KPU setidaknya masyakat sudah bisa mendapatkan
gambaran jelas siapa pemenang pileg kali ini. Boleh dikatakan untuk negeri yang
mayoritas penduduknya beragama Islam ini, partai Islam bukanlah ‘barang seksi’
yang bisa menarik minat para pemilih. Hasil penghitungan cepat beberapa lembaga
survey memperlihatkan bahwa partai Islam hanya mampu meraih kurang dari 10%
suara. Jauh tertinggal dari partai Nasionalis yang berhasil mendapatkan suara
hampir dua kali lipatnya.
Kondisi partai
Islam yang nyaris kalah telak dari partai nasionalis membuat mereka mau tidak
mau harus mengurungkan niatnya untuk memunculkan nama capres yang selama ini sudah
mereka usung, jika memang masih idealis. Alternatif lain yang sedang ramai
digembar-gemborkan adalah kembalinya koalisi poros tengah yang menghimpun
berbagai partai Islam untuk mengusung satu pasangan capres. Atau pilihan
ketiga, mengakui kekalahan dengan merapat ke dalam barisan partai nasionalis dan
harus berpuas diri dengan duduk di lapis kedua.
Pilihan untuk
membentuk kembali koalisi poros tengah rasanya bukanlah pilihan yang baik jika
ingin meraih kekuasaan. Setidaknya ada dua alasan yang bisa menguatkan
pernyataan di atas, pertama karena
suara partai Islam saat ini sudah pecah, bisa dilihat PKB dan PPP mulai ‘mesra’
dengan partai nasionalis. Kedua, sebagaimana yang diungkapkan oleh Pengamat
Politik dan Hukum Universitas Parahyangan, Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf bahwa
partai Islam hari ini tidak memiliki warna baru, berbagai program yang
disodorkan tidak memiliki signifikansi yang berbeda dengan partai-partai nasionalis
sekuler bahkan tidak lebih unggul. Sehingga beliau menyatakan sebuah kewajaran
ketika hari ini banyak masyarakat yang tidak mendukung karena dianggap tidak
ada yang layak dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Termasuk dalam pemilu
capres dan cawapres mendatang.
Pilihan untuk
berkoalisi dengan partai nasionalispun bukanlah pilihan yang tepat, karena itu
sama saja dengan menghapus dan menghilangkan identitas diri sebagai partai
Islam. Dengan merapatnya partai Islam kepada partai nasionalis justru akan
membuat tubuh partai Islam menjadi pragmatis dan mau tidak mau harus setuju
dengan suara partai nasionalis yang sering menetapkan kebijakan yang
bertentangan dengan Islam. Misalnya saja legislasi sejumlah UU yang liberal,
bertentangan dengan Islam, dan merugikan rakyat tak jarang harus disetujui oleh
anggota partai Islam di DPR. Keberadaan anggota partai Islam baik ditataran
legislatif maupun eksekutif tidak mampu melahirkan kebijakan yang Islami
meskipun hanya sedikit. Tetapi justru malah menjadikan partai Islam melahirkan
kembali dirinya sebagai partai yang tidak lagi Islami (partai terbuka) yang
jauh dari kampanye menyuarakan Islam.
Partai Islam harus menyadari bahwa hari ini
idealismenya sudah semakin pudar dan terkikis. Tidak lagi terlihat perbedaan
antara partai Islam dan nasionalis. Dan hal inilah yang mengakibatkan
masyarakat akhirnya tidak lagi tertarik untuk mengusungnya. Partai Islam harus
kembali kepada jatidirinya sebagai sebuah wadah edukasi politik masyarakat yang
menjadikan Islam sebagai wacana dalam setiap nafasnya. Kembali mengutip
pernyataan Prof. Dr. Asep Warlan Yusuf, bahwa partai Islam hari ini harus
mengubah kembali orientasi dan cara berjuangnya dengan berupaya agar menjadikan
Islam sebagai solusi atas permasalahan kehidupannya sehingga masyarakat merasa
membutuhkan Islam.
Selain itu,
partai Islam juga harus memahami jalan perjuangan yang ditempuhnya hari ini
bukanlah track yang benar. Perjuangan
melalui jalan demokrasi adalah kondisi yang hanya akan menjadikan identitasnya luntur
sebagai partai Islam. Karena demokrasi dengan asas sekulernya tidak akan
membiarkan dirinya hancur dengan diterapkannya syariat Islam dalam
pemerintahan. Wallahu a’lam.
21.4.2014
Perempuan dan Politik
Gegap gempita
pesta demokrasi sudah dimulai. Tepat 15 Maret 2014, gong
persaingan para calon pejabat untuk mengambil hati rakyat resmi digelar. Para
caleg yang selama ini sebatas nampang
di baligho atau poster,terhitung 15 Maret ini mereka bisa mulai blusukan mencari simpati rakyat agar
memilih mereka. Dua belas partai politik siap bertarung memperebutkan kursi
panas di pesta demokrasi 9 April nanti.
Tidak seperti
pemilu sebelumnya, yang melibatkan banyak sekali partai. Pemilu kali ini hanya
mampu ditembus oleh 12 wajah partai lama yang memenuhi kriteria KPU, sisanya
harus rela nama besarnya berada dibelakang partai lain atau bahkan benar-benar
dihapuskan. Kuota 30% perempuan yang
harus dipenuhi oleh setiap partai juga menjadi batu sandungan yang harus
dihadapi partai-partai peserta pemilu.
Sejak dikeluarkannya
UU Pemilu Legislatif No. 10 tahun 2008
dan UU No. 2 tahun 2008 tentang parpol yang harus mengatur ketentuan kuota
caleg perempuan minimal 30 persen terutama untuk tingkat pusat, menjadi pihak
yang dikebiri karena harus kalang kabut mencari kaum Ibu yang bersedia menjadi calegnya.
Perempuan menjadi ‘barang mahal’ bagi partai.
Fenomena perempuan merambah dunia politik memang bukan hal
yang baru, tetapi sosok Tri Rismaharini memberikan potret baru tentang politik
perempuan hari ini. Walikota Surabaya itu menangis menyatakan keinginan
pengunduran dirinya sebagai pimpinan Kota Pahlawan itu. Bukan karena takut
kehilangan jabatan yang selama ini diembannya, tetapi lebih karena tekanan
politik yang begitu besar dari berbagai pihak yang tidak suka dengan kinerja
Walikota yang berhasil menerima 51 penghargaan sebagai Walikota terbaik ini.
Penutupan di kawasan Dolly, persoalan Kebun Binatang Surabaya,
pembangunan tol tengah kota yang tak kunjung menemui titik temu penyelesaian,
ditambah ancaman yang dialami keluarganya menjadi beberapa alasan yang
melatarbelakangi Tri Risma mundur dari jabatannya ini. Mentalnya sebagai
perempuan memang tidak akan mampu menghadapi tekanan pihak-pihak yang tidak
menyukainya.
Tri Rismaharini, sosok yang berdedikasi untuk rakyat harus
mengalami ‘intimidasi’ atas kerja kerasnya. Kejamnya dunia politik demokrasi
kapitalis ternyata tidak mampu Risma taklukan dengan kerja ikhlasnya itu,
perubahan yang diusungnya pun harus kandas jika berbenturan dengan para pemilik
modal yang bertentangan dengannya.
Demokrasi kembali memperlihatkan jati dirinya bahwa bukan
yang berdedikasi yang akan berkuasa, tapi uanglah yang harus menjadi penguasa
dalam perputaran kehidupan bermasyarakat. Demokrasi tidak membiarkan Risma yang
bekerja atas dorongan ketulusan mengabdi kepada rakyat, bahkan menghapuskannya.
Tri Risma dan 30% perempuan lainnya yang ada di DPR bukanlah
sebagai sebuah solusi yang bisa menyelesaikan permasalahan negeri yang
carut-marut ini. Bukan hanya sosok yang kita butuhkan tetapi bagaimana aturan
kehidupan yang mampu mengakomodir kebutuhan dan kepentigan rakyat agar
terpenuhi.
Islam sebagai aturan hidup yang sempurna juga memiliki
pandangan terhadap sosok perempuan yang juga bisa berpolitik tanpa harus
mengalami kejadian sebagaimana yang dialami Tri Risma. Peran politik perempuan dalam
islam memberikan ruang bagi perempuan untuk melakukan amar makruf nahyi munkar,
menjadi anggota partai politik, hak memilih dan dipilih sebagai majelis umat
dan mengoreksi penguasa.
Islam telah memberikan penjelasan tentang aktivitas
politik yang tidak diperkenankan bagi perempuan, yaitu aktivitas-aktivitas yang
termasuk dalam wilayah kekuasaan/pemerintahan misalnya menjadi penguasa atau
kepala negara. Penguasa dipandang sebagai orang yang bertanggung jawab
penuh secara langsung dalam mengurusi urusan umat. Dalam sistem Islam, jabatan
penguasa mencakup khalifah (Kepala Negara), muawwin tafwidh (pembantu
khalifah dalam urusan pemerintahan), wali (kepala wilayah) danamil (kepala daerah).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam telah bersabda dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Bakrah: “Tidak akan pernah menang suatu kaum yang menyerahkan urusan
(kekuasaannya) kepada perempuan.” (HR
Bukhori).
16.3.2014
Murahnya Nyawa di Negeri Zamrud Khatulistiwa
Belum
selesai mengusut tuntas kasus pembunuhan Feby Lorita, pihak Kepolisian Republik
Indonesia kembali harus berhadapan dengan sesosok mayat korban pembunuhan. Kali
ini pihak Kepolisian Palu Barat yang mendapatkan ‘jatah’ untuk mengusut tuntas
kasus pembunuhan yang memakan korban wanita berusia 80 tahun (Hj. Hoja) di Palu, Sulawesi Tengah. Pelakunya yang tidak lain adalah
keponakan dari korban berhasil dibekuk pada Senin (10/2) dini hari. Berdasarkan
pengakuan pelaku (N alias A), dirinya nekat
menganiaya adik ayah kandungnya itu akibat tidak diberikan uang dari warisan
tanah yang dimintainya.
Kasus pembunuhan akhir-akhir ini memang sangat marak
terjadi. Tidak hanya alasan ekonomi, motif lain seperti dendam, kecemburuan
terhadap pasangan juga ikut menambah deretan pemicu tindak pembunuhan. Nyawa
manusia dewasa ini sungguh sangat murah dan bahkan tidak berharga sama sekali. Terbukti
dengan laporan yang
dilansir oleh Polda Metro Jaya yang mencatat setidaknya ada 51.444 kasus kriminal
di Jakarta dan sekitarnya. Kriminalitas pembunuhan terjadi 74 kasus, naik 2 kasus (3%) dari tahun 2012. Itu
artinya terjadi satu pembunuhan setiap lima hari, mengerikan!
Tidak ada asap kalau tidak ada api.
Rasanya pepatah ini layak untuk menggambarkan tindak kriminalitas yang kian menggunung
ini. Tidak mungkin ada pembunuhan tanpa ada penyebabnya, tentu saja! Menanggapi
maraknya kasus pembunuhan ini kriminolog Universitas Asyafi’iyah, Masriadi
Pasaribu, mengatakan banyaknya kasus pembunuhan di ibu kota ditenggarai
oleh tingkat stres yang sangat tinggi sehingga pembunuhan dijadikan cara yang
paling efektif untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Tingginya
tingkat stres ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Dilihat dari motif yang
banyak melatarbelakangi pembunuhan ini, motif ekonomi sering menjadi salah satu
biang keladinya. Kasus pembunuhan Hj. Hoja oleh keponakannya karena tidak
mendapat harta warisan salah satunya. Kasus lainnya adalah Epi Suhendar yang membunuh anaknya
sendiri diduga karena faktor beban pekerjaan serta himpitan ekonomi. Faktor ketidakharmonisan rumah tangga
juga berperan, seperti kasus pembunuhan Desy Hayatun Nupus yang tengah hamil
terjadi karena diduga pelakunya disulut rasa cemburu. Kondisi ini semakin
diperparah dengan lembeknya penerapan hukum di negeri zamrud khatulistiwa ini
yang tidak pernah bisa memberikan efek jera dan pencegahan.
Andai political wiil dari pemerintah ada, tingginya
kasus pembunuhan dan tindak kriminalitas lainnya sebenarnya bisa diredam. Dimulai
dengan negara membina warga dengan keimanan dan ketakwaan sehingga keimanan dan
ketakwaan itu yang akan mencegah setiap individu untuk tidak melakukan kejahatan.
Asas ketuhanan di negeri ini ternyata hanya sebatas semboyan saja, ketaatan
individu terhadap agamanya justru dihancurkan dengan sekulerisme. Pemerintah
justru memfasilitasi rakyat untuk tidak menyentuh agamanya, mulai dari gaya
hidup hedonis sampai dilebelkan agama sebagai teroris. Mengerikan!
Dalam
perekonomian, pemerintah haruslah menjadi pihak yang memastikan setiap rakyat
terpenuhi kebutuhannya. Artinya negara wajib menjamin lapangan pekerjaan secara
riil, menjadin kebutuhan pokok baik pangan, papan, dan sandang untuk setiap
individu rakyat. Negara juga wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pendidikan,
pelayanan kesehatan dan kemanan secara langsung dan bebas biaya. Ini yang akan
membuat rakyat tidak harus khawatir akan kehidupannya. Semua ini bukanlah mimpi
yang sulit dijangkau andai pemerintah tidak menjual kekayaan alam kepada pihak
asing.
Terakhir adalah sistem hukum yang berlaku haruslah
yang dapat memberikan efek jera bagi pelakunya dan mampu mencegah orang lain
untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, sistem sanksi dalam Islam menetapkan
bagi mereka yang membunuh dengan disengaja, dihukum qishash (dihukum bunuh) dihadapan khalayak ramai kecuali dimaafkan
oleh ahli waris korban. Selain itu harus membayar diyat 100 ekor onta, 40
diantaranya sedang bunting. Sementara untuk selain pembunuhan disengaja, pelaku
harus membayar diyat 100 ekor onta atau 1.000 dinar atau sekitar Rp 2 miliar (1
dinar= Rp 1.946.883). Dengan sistem sanksi seperti ini, rasanya akan sangat
jarang sekali ada orang yang akan melakukan pembunuhan, terlebih karena
persoalan sepele.
10.2.2014
Intelektual dan Kebangkitan Peradaban
Kemashyuran sebuah peradaban tentunya tidak akan pernah
bisa dilepaskan dari peran intelektual. Dengan karya-karya yang dihasilkannya,
para intelektual atau tokoh-tokoh ilmuwan berkontribusi membangun negerinya
untuk bangkit dan terpandang dimata dunia. Bangkitnya Eropa dari zaman
kegelapan tentunya tidak lepas dari peran intelektual yang berusaha melepaskan
diri dari zaman kebodohan. Pada saat itu, wilayah timur (Islam) sedang
mengalami kebangkitan pengetahuan yang luar biasa. Berbagai penemuan di bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang pesat jauh mengungguli Eropa yang
masih merangkak dalam kegelapan. Kungkungan gereja terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan membuat Eropa membatu meskipun saat itu Eropa memiliki mudah
mengakses ilmu pengetahuan. Berabad tahun
kemudian atau lebih tepatnya tahun 1640 yang dipelopori oleh seorang
filosof yang bernama Descartez, ilmu pengetahuna di Eropa mulai mengalami perkembangan
yang pesat. Sejak saat itu Eropa tidak lagi mengenal masa kegelapan tetapi
sudah beralih kepada masa terang benderang, Renaisans.
Al-Zahrawi, Ibnu Sina, Abbas Ibn Firnas, Al-Jabr, Al-Kindi adalah sederet nama-nama ilmuan Islam yang
mashyurkan Islam dalam ilmu pengetahuan. Mereka jugalah yang menjadi kiblat
Barat sehingga membuat Barat hari ini menjadi kiblat berbagai macam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kondisi mengenaskan justri dialami kaum muslim hari ini.
Sosok-sosok ilmuwan Islam yang sejatinya dimiliki kaum muslim dan menjadi guru
bagi Barat ternyata tidak mampu membuat negeri-negeri muslim gemilang seperti
halnya Barat hari ini. Padahal, kegemilangan dan kemahsyuran adalah sebuah
keniscayaan bagi kaum muslim disaat Eropa berkutat dengan Dark Age.
Mengutip
pernyataan Fahmi Amhar pada Jakarta International Conference of Muslim
Intelectualls (15/12) yang diselenggarakan oleh HTI, beliau menilai bahwa hari
ini para akademisi di Dunia Islam terjebak pada “saintifikasi islam”
yaitu mencari-cari sains dibalik suatu ajaran Islam, atau “sains ta’wili” yaitu
menebak-nebak sains sebagai makna suatu ayat yang sebenarnya mutasyabihat. Sehingga yang terjadi bukanlah bagaimana menyelesaikan permasalah umat
hari ini melainkan bagaimana melakukan “islamisasi
sains” yang tak lebih dari mencocok-cocokkan penemuan sains dengan ayat suci. Sedangkan jika kita lihat kondisi umat Islam hari ini sungguh sangat
mengenaskan, pembantaian kaum muslim di Timur Tengah terjadi setiap hari,
kemiskinan dan kelaparan menjerat tanpa pandang bulu, kriminalitas, korupsi,
pezinaan adalah potret wajib yang harus dilahap kaum muslim setiap hari. Berbagai
rundungan masalah menimpa kaum muslim terus-menerus seolah tidak pernah ada
yang bisa menghentikannya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peran intelektual begitu besar dalam menyelesaikan
permasalahan suatu negeri begitu besar. Bangkitnya Barat dari masa
kegelapan karena peran intelektual
adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Kegemilangan Islam yang mampu berjaya
selama 14 abad di 2/3 belahan dunia juga tidak lepas dari peran intelektual. Negeri
ini dan negeri muslim lainnya tidak kekurangan kaum intelektual, namun
sayangnya tidak sedikit para intelektual yang menutup mata terhadap kondisi
tersebut. Keadaan ini jelas akan memperparah kondisi rakyat negeri ini. Dengan
kekayaan SDM intelektual yang begitu melimpah, rasanya sudah sepantasnya negeri
ini bangkit dari keterpurukannya. Sudah saatnya kaum intelektual membuka mata,
hati, dan pikirannya untuk mengeluarkan umat dari jeratan problematika
kehidupan yang kian melilit. Tidak hanya menyibukkan diri dengan aktivitas
keintelektualannya (penelitian, dsb) saja tetapi juga mampu menyibukkan diri
dengan kembali membawa umat bangkit menuju peradaban gemilang, Islam.
9.2.2014
Islam, Corak Baru Perjuangan Pemuda
“Kini, gerakan pemuda condong kepada Islam kanan yang militan,
atau gerakan pemuda yang ingin mewujudkan Khilafah untuk
mengislamkan negara”
Itulah penggalan kalimat yang dituturkan Savic Alielha, aktivis
muda Nahdlatul Ulama (NU), pada Kamis (15/8/13) lalu kepada tribunnews.com mengenai pendangannya terhadap arah perjuangan
pemuda hari ini. Disaat pemuda yang hari ini cenderung apatis dan apolitis
terhadap kondisi masyarakat yang semakin terpuruk oleh tangan-tangan serakah para
koruptor negeri ini, ternyata geliat semangat pemuda untuk melakukan perubahan
masih ada. Geliat perubahan yang berbeda, Islam yang diusung.
Apa yang diungkapkan Savic tentunya bukan omong kosong yang
begitu saja terlontar. Tidak salah rasanya jika Savic melontarkan ungkapan tersebut.
Hal ini karena, apa yang disampaikannya senada dengan hasil survey yang
dilakukan oleh Lembaga Survey Internasional PEW yang melakukan survei tentang menjadikan
Syariah Islam sebagai hukum resmi di
negeri-negeri Islam memperlihatkan bahwa sebanyak 72% rakyat Indonesia menginginkan
syariah Islam.
Beralihnya arah perjuangan pemuda hari ini disinyalir sebagai bentuk
jengah dari perjuangan mahasiswa hari ini yang tak jua membuahkan hasil yang
signifikan. Penggulingan rezim demi rezim yang mencekik rakyat tidak mampu
menuntaskan penindasan yang dirasakan masyarakat. Setelah pemuda berhasil
menggulingkan sebuah rezim, sulit
sekali mendengar rakyat bisa bernapas lega dengan kehidupan barunya yang
katanya hidup di alam demokrasi.
Demokrasi yang selalu berteriak bahwa dirinya sistem
pemerintahan yang mampu mengakomodir keinginan rakyat ternyata hanya omong
kosong belaka. Bisa kita lihat dalam alam demokrasi, BPS melansir 28,07 juta orang berada dalam garis kemiskinan,
8 juta anak Indonesia mengalami kekurangan
gizi, dan setiap menit ada
empat anak yang putus sekolah. Korupsi merajalela, kesenjangan sosial semakin
menjadi, inilah sedikit potret nyata yang tidak mampu dipungkiri Indonesia yang
memiliki sistem hidup demokrasi dan masih banyak lagi yang lainnya
Oktober, bulan sakral yang dinilai membuat Indonesia memiliki
jati dirinya. Oktober menjadi momentum geliat pergerakan pemuda mulai muncul ke permukaan.
Dengan semangat Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, momentum tersebut sering
diperingati untuk membakar semangat pemuda untuk terus memanaskan kobaran api
perjuangan. Tapi kali ini kita patut bertanya tentang usungan perubahan yang
diteriakkan mahasiswa. Masihkan reformasi yang diinginkan seperti yang pernah
terjadi pada 1966 dan 1998 dengan mempertahankan sistem bobrok dan memolesnya hanya dengan
pergantian ‘pemain’ yang tetap memiliki mental korup? Ataukah beralih mencari
solusi lain sebagai tumpuan arah perjuangan?
Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia sejatinya
tidak akan mampu memungkiri identitasnya ini. Hanya saja, gaya hidup sekuler
menjadikan Indonesia tak memiliki lagi citra Islami yang melekat dalam setiap kehidupan
warganya. Termasuk dalam ranah perjuangan pemuda. Arah perjuangan pemuda tidak
lagi kental dengan identitas bangsa ini, bahkan sangat jauh dari apa yang
seharusnya. Perjuangan pemuda hari ini tidak lebih dari sekedar menggulingkan
rezim saja tanpa bisa melihat akar permasalahan masyarakat hari ini yaitu keserakahan
sistem demokrasi yang membiarkan sebagian orang berhak berkuasa atas sebagian
yang lain.
Jadi jika hari ini pemuda mencoba mengalihkan
arah perjuangannya adalah pilihan yang tepat. Tidak lagi terpaku pada kecacatan
demokrasi, tetapi
mencari solusi lain dengan Islam. Mencoba
mengusung revolusi bukan lagi reformasi. Usungan ide Islam hari ini mungkin
akan banyak membuat orang mengernyitkan dahi dan menggumamkan kata utopis dalam
benaknya. Tapi ternyata perjuangan Islam adalah ide nyentrik yang terus menggema. Banyak dukungan fakta yang memperkuat
arah perubahan gerakan pemuda ini.
Salah satu hasil riset Badan
Intelegen Amerika, NIC menyatakan bahwa tahun 2020 akan ada A New Chaliphate. Berdirinya kembali Negara Khilafah Islam, sebuah
pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada
norma-norma dan nilai-nilai global Barat. Selain itu, penulis Barat yang juga direktur sebuah perusahaan Rusia dan Wakil
Presiden Rusia Union of Industrialists dan Wakil Ketua Duma (Rusia Assembly) Michael Ioreyev dalam
bukunya Rusia
Kekaisaran Ketiga meramalkan bhawa Khilafah
akan kembali tegak di waktu yang akan datang. Ia memperediksi akan ada beberapa Negara Besar
di dunia yang akan muncul pada tahun 2020. Saat itu, akan terdapat empat atau lima negara
berperadaban ,yaitu Rusia, yang akan menguasai benua Eropa, Cina, Negara Timur Jauh, Negara Khilafah
Islam dan Negara konferderasi Amerika yang akan menggabungkan Amerika Utara dan
Amerika Selatan.
Selain
itu, dijadikannya Islam sebagai corak baru perjuangan pemuda tidak lain adalah
karena beberapa hal. Pertama, tuntutan aqidah dan syariah Islam. Ikrar seorang muslim yang
bersyahadah la ilaha illa
Allah menuntut seorang
muslim untuk mau diatur oleh aturan Allah SWT. Persoalannya, bagaimana mungkin
kita bisa menerapkan hukum Allah secara total kalau kita tidak punya negara
Khilafah? Kedua, mensejahterakan rakyat. Tanpa Khilafah umat diatur
dengan sistem kapitalistik yang serakah. Bagai ayam mati di lumbung padi, 8 juta anak di negeri agraris ini malah mengalami gizi buruk.
Sementara kebijakan ekonomi
Khilafah adalah menjamin kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) tiap individu
rakyat. Pendidikan, kesehatan, keamanan, transportasi yang merupakan kebutuhan
vital rakyat pun diperoleh dengan biaya murah, bahkan bisa gratis. Sebab,
kekayaan alam seperti emas, minyak, gas, hutan adalah milik umum yang hasilnya
diberikan kepada rakyat.
Jika
dirunut agumentasi lainnya kenapa harus Islam dan
Khilafah yang diperjuangkan, maka tentu akan sangat banyak. Hanya, jika dunia Barat saja hari ini sudah sangat yakin akan tegaknya
kembali imperium Islam, maka sudah selayaknya jika pergerakan perjuangan pemuda
di negeri muslim terbesar ini meneriakkan hal yang sama. Ditambah lagi dengan
hadits Rasulullah dalam Musnad Imam Ahmad :
“Masa
kenabian akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki,
kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Kemudian akan ada
(masa) Khilafah Rasyid (yang mendapat petunjuk) yang berjalan selaras dengan
kenabian. Khilafah itu akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah
menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian.
Setelah itu akan ada (masanya) banyak pemimpin, dan itu akan tetap ada di
tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah akan mengambilnya
dari tengah-tengah kalian. Setelah itu akan ada (masa) pemerintahan tirani, dan
akan tetap ada di tengah-tengah kalian selama Allah menghendaki, kemudian Allah
akan mengambilnya dari tengah-tengah kalian. Kemudian, akan muncullah (masa)
Khilafah Rasyid (kembali) yang berjalan selaras dengan kenabian.” Kemudian
beliau (Rasulullah) terdiam.”
“ Allah tidak
akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (TQS. Ar Ruum [30]: 6)
21.10.2013
Langganan:
Postingan (Atom)