Kurang
dari seminggu setelah aksi serangan terhadap
sejumlah warga di Paris 13 November 2015 lalu, Presiden Perancis langsung
mengerahkan kapal induk ke Suriah guna menuntut balas terhadap ISIS atas
kematian warganya. Kapal induk Charles
de Gaulle yang bertenaga nuklir itu diberangkatkan menuju perairan sekitar Suriah dan Lebanon bersama dengan 26 jet
tempur dan ditambah dengan 12 pesawat
Perancis lainnya.
Aksi
yang dilancarkan oleh Francois Hollande ini merupakan reaksi atas terbunuhnya
128 warga Perancis dan 180 korban luka akibat penyerangan yang diklaim
dilakukan oleh ISIS. Pihak ISIS pun menyatakan apa yang dilakukannya adalah karena
Perancis telah berani menghina Nabi Muhammad SAW dan memerangi Islam.
Kejadian
penyerangan yang salah satunya terjadi di konser musik tersebut menimbulkan
reaksi keras dunia, terutama dunia Barat. Media begitu gencar menceritakan
kronologis kejadian dan dunia pun bersemangat untuk mencari pelaku dari
kejahatan tersebut. Semua pihak menjadi waspada terhadap tindakan terorisme yang
mungkin akan menyusul terjadi di negerinya.
Merespon
Paris Attack, reaksi yang muncul di
masyarakat ternyata beragam. Selain banyak yang mengutuk kejadian penyerangan
tersebut, tidak sedikit juga yang tidak begitu memperlihatkan simpatinya
khususnya di dunia maya. Para netizen seolah menganggap hal tersebut
bukanlah kejadian yang harus menggemparkan dunia jika dibandingkan dengan
pembantaian lain yang terjadi.
Opini
yang muncul di kalangan para netizen
adalah mereka menuntut kepada dunia untuk berlaku adil dengan sama-sama menyuarakan
rasa simpatiknya terhadap pembantaian yang juga terjadi di negeri-negeri muslim hingga saat ini dan
dengan korban yang jauh lebih banyak setiap harinya dibandingnya Paris Attack.
Hari
ini, kita memang tidak bisa menutup mata bahwa pembantaian masih terus terjadi
di berbagai belahan dunia, terutama di negeri muslim. Tindakan terorisme yang
membunuh warga sipil yang tidak bersalah terus berulang di berbagai tempat. Sayangnya
dunia tidak bersikap adil dalam menyikapi tindakan-tindakan tersebut.
Di
media cetak maupun elektronik, kejadian Paris
Attack begitu gencar diberitakan. Berbeda jika korbannya adalah kaum
muslim. Dunia begitu senyap ketika ratusan ribu bahkan jutaan warga muslim tak
berdosa menjadi korban genosida pesawat tempur dan bom negara-negara Barat
dengan alasan perang melawan terorisme. Pemberitaan hanya ada satu atau dua
kali saja padahal kondisi ini nyata terjadi di kawasan Timur Tengah setiap
hari.
Selain
itu, dapat dipastikan setiap ada tindakan kekerasan yang memakan korban pihak Barat
dan pelakunya adalah muslim, maka hal tersebut disebut sebagai tindakkan
terorisme. Berbeda ketika kaum muslimin yang menjadi korban, maka meskipun
memakan korban hingga jutaan muslim sekalipun hal tersebut tidak dinilai
sebagai tindakan terorisme. Seolah tindakan terorisme hanya bisa dilakukan oleh
kaum muslim.
Sangat
layak jika hari ini kita mempertanyakan disebut apakah AS yang membunuh 1 juta
muslim di Afghanistan, Bashar Al Assad yang membunuh lebih dari 300 ribu
warganya, Yahudi yang membunuh 1500 rakyat Palestina, dan Perancis yang
membunuh 10 juta warga Aljazair saat menjajah sejak 1830-1962? Jika yang
membunuh 128 orang saja disebut sebagai teroris.
Setelah
insiden Paris Attack, Francois
Hollande bergegas mengirimkan kapal induk Charles de Gaulle yang bertenaga
nuklir ke perairan Suriah untuk menumpas ISIS –yang dikatakan sebagai milisi bentukan
AS-. Akankah episode baru genosida kaum
muslim di Suriah akan segera di mulai, layaknya
invasi AS ke Irak dan Afganistan setelah serangan WTC 9/11/2001 ? Wallahu a’lam.
29.11.2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar