Selasa, 02 Februari 2016

Paris Attack, Episode Baru Genosida Kaum Muslim di Suriah

Kurang dari seminggu setelah aksi serangan terhadap  sejumlah warga di Paris 13 November 2015 lalu, Presiden Perancis langsung mengerahkan kapal induk ke Suriah guna menuntut balas terhadap ISIS atas kematian warganya.  Kapal induk Charles de Gaulle yang bertenaga nuklir itu diberangkatkan menuju perairan sekitar  Suriah dan Lebanon bersama dengan 26 jet tempur  dan ditambah dengan 12 pesawat Perancis lainnya.
Aksi yang dilancarkan oleh Francois Hollande ini merupakan reaksi atas terbunuhnya 128 warga Perancis dan 180 korban luka akibat penyerangan yang diklaim dilakukan oleh ISIS. Pihak ISIS pun menyatakan apa yang dilakukannya adalah karena Perancis telah berani menghina Nabi Muhammad SAW dan memerangi Islam.
Kejadian penyerangan yang salah satunya terjadi di konser musik tersebut menimbulkan reaksi keras dunia, terutama dunia Barat. Media begitu gencar menceritakan kronologis kejadian dan dunia pun bersemangat untuk mencari pelaku dari kejahatan tersebut. Semua pihak menjadi waspada terhadap tindakan terorisme yang mungkin akan menyusul terjadi di negerinya.
Merespon Paris Attack, reaksi yang muncul di masyarakat ternyata beragam. Selain banyak yang mengutuk kejadian penyerangan tersebut, tidak sedikit juga yang tidak begitu memperlihatkan simpatinya khususnya di dunia maya.  Para netizen seolah menganggap hal tersebut bukanlah kejadian yang harus menggemparkan dunia jika dibandingkan dengan pembantaian lain yang terjadi.
Opini yang muncul di kalangan para netizen adalah mereka menuntut kepada dunia untuk berlaku adil dengan sama-sama menyuarakan rasa simpatiknya terhadap pembantaian yang juga terjadi  di negeri-negeri muslim hingga saat ini dan dengan korban yang jauh lebih banyak setiap harinya dibandingnya Paris Attack.
Hari ini, kita memang tidak bisa menutup mata bahwa pembantaian masih terus terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di negeri muslim. Tindakan terorisme yang membunuh warga sipil yang tidak bersalah terus berulang di berbagai tempat. Sayangnya dunia tidak bersikap adil dalam menyikapi tindakan-tindakan tersebut.
Di media cetak maupun elektronik, kejadian Paris Attack begitu gencar diberitakan. Berbeda jika korbannya adalah kaum muslim. Dunia begitu senyap ketika ratusan ribu bahkan jutaan warga muslim tak berdosa menjadi korban genosida pesawat tempur dan bom negara-negara Barat dengan alasan perang melawan terorisme. Pemberitaan hanya ada satu atau dua kali saja padahal kondisi ini nyata terjadi di kawasan Timur Tengah setiap hari.
Selain itu, dapat dipastikan setiap ada tindakan kekerasan yang memakan korban pihak Barat dan pelakunya adalah muslim, maka hal tersebut disebut sebagai tindakkan terorisme. Berbeda ketika kaum muslimin yang menjadi korban, maka meskipun memakan korban hingga jutaan muslim sekalipun hal tersebut tidak dinilai sebagai tindakan terorisme. Seolah tindakan terorisme hanya bisa dilakukan oleh kaum muslim.
Sangat layak jika hari ini kita mempertanyakan disebut apakah AS yang membunuh 1 juta muslim di Afghanistan, Bashar Al Assad yang membunuh lebih dari 300 ribu warganya, Yahudi yang membunuh 1500 rakyat Palestina, dan Perancis yang membunuh 10 juta warga Aljazair saat menjajah sejak 1830-1962? Jika yang membunuh 128 orang saja disebut sebagai teroris.
Setelah insiden Paris Attack, Francois Hollande bergegas mengirimkan kapal induk Charles de Gaulle yang bertenaga nuklir ke perairan Suriah untuk menumpas ISIS –yang dikatakan sebagai milisi bentukan AS-. Akankah episode baru genosida kaum muslim di Suriah akan segera di mulai, layaknya invasi AS ke Irak dan Afganistan setelah serangan WTC 9/11/2001 ?  Wallahu a’lam.


 29.11.2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar